Ujian Nasional 2020 Ditiadakan, Psikolog Sampaikan Pesan Ini

- Kamis, 26 Maret 2020 | 18:45 WIB
Peserta mengerjakan soal Ujian Nasional Berbasis Kompetensi (UNBK) di SMK PGRI 3 Malang, Jawa Timur, Senin (16/3/2020). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)
Peserta mengerjakan soal Ujian Nasional Berbasis Kompetensi (UNBK) di SMK PGRI 3 Malang, Jawa Timur, Senin (16/3/2020). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Presiden Joko Widodo resmi memberitahukan bahwa Ujian Nasional (UN) 2020 ditiadakan akibat wabah virus corona. Keputusan itu dibuat karena pertimbangan keamanan dan keselamatan seluruh siswa di Indonesia akibat penyebaran virus corona.

Kebijakan itu disampaikan secara resmi melalui video konferensi pers pada Selasa (24/3/2020). Pembatalan UN 2020 meliputi semua tingkatan mulai dari Sekolah Menengah Atas (SMA) atau setingkat Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau setingkat Madrasah Tsnawiyah (MTs), dan Sekolah Dasar (SD) atau setingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Mengamati hal ini Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi. atau akrab disapa Bunda Romi imenyampaikan tentang apa yang terjadi pada siswa akibat pembatalan UN 2020. Menurutnya, keputusan pemerintah untuk meniadakan UN 2020 memicu bergam reaksi dari seluruh siswa di Indonesia.

Namun yang perlu disadari adalah dengan ada atau tidaknya UN, pihak sekolah harus tetap memberikan evaluasi sesuai dengan indikator kompetensi keberhasilan siswa. Hal ini tentu mengacu pada kurikulum yang berlaku.

"Di sinilah peran guru untuk lebih peduli, jeli dan teliti dalam membantu siswa mencapai standar kurikulum yang diharapkan," kata Psikolog Rose Mini, saat dihubungi Indozone, Rabu (25/3/2020).

Padahal inti belajar dari seorang siswa adalah memahami. Misalnya, seorang siswa yang tidak mengetahui akan suatu hal menjadi tahu berkat proses belajar. Inilah yang dikatakan sebagai keberhasilan dan pencapaian yang diharapkan.

"Terkadang UN menjadi beban sekaligus momok menakutkan bagi para siswa. Kenapa? ini dikarenakan dorongan, tuntutan dan ekspektasi pihak orangtua serta orangtua pada siswa yang berlebih. Padahalkan seharusnya semua pihak bisa memahami kondisi siswa," ujarnya.

Ingat setiap siswa memiliki kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda. Kita tidak bisa memberikan standar yang sama pada semua siswa. Jangan pernah menjadikan siswa sebagai tumpuan harapan berlebih dari guru maupun orangtua.

"Biarkan anak menelaah kondisi yang terjadi saat ini. Bila pemerintah mengutamakan keselamatan siswa maka ikuti saja. Sebagai orangtua dan guru kita hanya bisa memantau perkembangannya dengan aktivitas belajar jarak jauh di rumah. Jangan pernah menjadikan kegagalan UN 2020 sebagai kesempatan untuk memojokkan siswa," tutupnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X