Seolah mengulang prestasi Agatha Christie di era 1920-an, para penulis perempuan berhasil meraih penghargaan 'Scarlet Pen Awards' atau Kusala Pena Merah, penghargaan untuk penulis kisah kriminal, misteri, thriller dan detektif. Hal itu terlihat melalui daftar pemenangnya yang diumumkan malam tadi (6/1) melalui akun media sosial klub penulis Detectives ID.
Dari 14 kategori yang diperebutkan, hampir 80 % pemenang setiap penghargaan, termasuk para nominasinya yang juga kebanyakan diisi oleh perempuan.
Hal ini terbilang wajar, mengingat sepanjang tahun ini novel fiksi kriminal asli Indonesia yang terbit kebanyakan dari penulis perempuan. Dalam istilah kata, lebih produktif dari penulis laki-laki.
Hal itu tentu menjadi kebanggan tersendiri. Khususnya, Chandra Bientang penulis 'Dua Dini Hari' yang meraih tiga penghargaan sekaligus dalam ajang ini. Mulai dari 'Best Novel,' 'Best Crime Drama & Thriller,' dan 'Author of the Year.'
"Saya senang melihat banyaknya novel thriller Indonesia yang ditulis oleh perempuan. Menarik pula membaca bagaimana perempuan-perempuan dalam novel thriller itu tidak melulu jadi korban yang lemah, tetapi bisa juga menjadi penyelamat atau bahkan pembunuh," canda Chandra Bientang saat dihubungi Indozone.
Tidak hanya itu, Chandra juga mengungkapkan perempuan juga tak kalah dari laki-laki dalam menyukai petualangan dan teka-teki yang kompleks. Karena itu adalah bagian yang menarik dari kehidupan.
"Mari akui saja, tidak mungkin kita hidup tanpa sedikit bumbu petualangan, misteri, teka-teki dan thriller. Justru itu yang bikin hidup jadi menarik. Itu sebabnya di mata saya, novel-novel thriller dan crime fiction begitu memikat untuk dibaca," tambahnya.
Senada dengan Chandra, penulis novel 'Playing Victim' Eva Sri Rahayu juga mengungkap alasan ketertarikan dirinya menulis novel bergenre kriminal. Padahal, sebelumnya penulis yang juga masuk nominasi penghargaan ini lebih banyak menulis tema romansa.
"Fiksi kriminal, misteri, dan thriller merupakan bacaan yang membangkitkan adrenalin dan rasa penasaran pembaca, biasanya punya plot twist yang sulit ditebak.Tentunya juga memberi wawasan pada pembaca. Menulis genre ini dibutuhkan kesabaran dalam menjalin dan menebar kepingan-kepingan petunjuk, juga mesti didukung riset yang memadai untuk kebutuhan cerita yang biasanya rumit," ujar Eva saat dihubungi Indozone di waktu yang berbeda.
Selain itu, bagi Vasca Vannisa, penulis thriller psikologis 'Dejavu' juga mengungkapkan bahwa perempuan memiliki pola pikir yang kadangkala dicampur dengan perasaan. Dengan membaca atau menulis cerita kriminal, seorang perempuan akan terlatih untuk bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang tidak.
"Pikiran wanita lebih komplit dari laki-laki karena bercampur pertimbangan perasaan, sehingga sering menciptakan kebingungan dalam mengambil keputusan. Teka-teki yang disuguhkan film thriller kriminal membuat wanita terlatih membedakan antara kebenaran dan kebohongan. Antara kenyataan dan harapan," tutur penulis yang dulunya pernah menggeluti bidang modelling tersebut.
Berikut Peraih Penghargaan Scarlet Pen Awards 2020:
Best Novel (Major Segment)
'Dua Dini Hari' - Chandra Bientang
Best Crime Drama & Thriller (Major Segment)
'Dua Dini Hari' - Chandra Bientang
Best Novel (Indie Segment):
'Heart: An episode of revenge' - Vika Amania