11 Nyawa Melayang di Pantai Payangan, Analisa Angin dan Gelombang Saat Peristiwa Terjadi

- Selasa, 15 Februari 2022 | 15:49 WIB
Kondisi pantai Payangan saat beberapa kondisi. (Foto/Google Earth)
Kondisi pantai Payangan saat beberapa kondisi. (Foto/Google Earth)

Penyidik Kepolisian Resor Jember masih menyelidiki peristiwa pada Minggu (13/2) dini hari, yang merenggut 11 nyawa setelah terseret arus laut di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Kepolisian sudah memintai keterangan belasan saksi dan kemungkinan jumlahnya akan bertambah.

Mereka yang telah dimintai keterangan oleh polisi adalah korban selamat, saksi yang mengetahui kejadian saat ritual di Pantai Payangan berlangsung, petugas yang menyelamatkan korban dan anggota polisi di lapangan.

Peristiwa naas yang menimpa rombongan Kelompok Tunggal Jati Nusantara berjumlah 24 orang, termasuk seorang sopir minibus Elf dengan nomor polisi DK7526VF, dua lansia dan satu balita yang berada di sekitar area parkir saat kejadian, masih memunculkan berbagai pertanyaan di masyarakat. Apa sebenarnya yang terjadi pada dini hari itu.

Kapolsek Ambulu AKP Ma'ruf mengatakan rombongan tersebut sebenarnya sudah diingatkan oleh warga sekitar yang juga merupakan pengelola wisata Bukit Seroja yang berada di sebelah utara Pantai Payangan agar tidak berada di tepi laut karena cuaca buruk.

"Rombongan Kelompok Tunggal Jati Nusantara mengabaikan peringatan itu, sehingga tetap melakukan ritual di tepi pantai. Menurut saksi mata, tiba-tiba ada ombak besar menghantam lokasi ritual, sehingga semua terseret ombak laut selatan," ujarnya.

Ombak besar menerjang saat 20 orang dari kelompok tersebut yang sedang bergandengan tangan melakukan kegiatan ritual yang sudah berlangsung selama satu jam di tepi Pantai Payangan.

Dari keterangan Komandan Tim Basarnas Jember Jatmika, diketahui 11 korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia di sekitar perairan Pantai Payangan, baik dalam kondisi mengambang atau berada di pantai. Sejumlah korban meninggal ditemukan tidak jauh dari lokasi mereka terseret arus laut pantai selatan.

Analisis gelombang dan pasang surut

Peneliti Ahli Utama Bidang Oseanografi Terapan pada Badan Riset dan SDM, Pusat Riset Kelautan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Widodo S Pranowo mencoba melakukan analisa kondisi gelombang dan pasang surut di Pantai Payangan, saat kejadian nahas tersebut.

Kondisi elevasi muka laut Pantai Payangan menunjukkan kondisi perairan pada Minggu dini hari, pukul 00.00 WIB, hampir mendekati air surut, di mana posisi air surut diduga akan terjadi pada pukul 02.00 WIB. Secara teoritis, ketika air laut menuju surut, maka arus akan bergerak menjauhi pantai menuju ke lepas pantai.

Jika menilik kondisi pada saat mendekati surut tersebut, ia mengatakan terlihat elevasi muka laut diduga menjadi lebih maju ke arah laut, akibat air turun atau surut 0,4 hingga 0,6 meter dari garis pantai pada kondisi normal. Sehingga pada saat 20 orang melakukan prosesi ritual antara pukul 00.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB, diduga mereka tidak sadar berdiri pada area surutan air yang kemungkinan besar saat kondisi normal adalah tempat gelombang pecah.

Pada kondisi siang hari, area gelombang pecah akan dapat mudah dikenali, yakni dari adanya banyak buih-buih putih yang dihasilkan setelah pecahnya gelombang menghantam lereng pantai. Namun ketika malam hari, dengan pencahayaan yang sangat terbatas, kemungkinan buih-buih putih tidak bisa mudah dilihat.
Analisis kondisi angin dan gelombang

Bagaimana peserta ritual yang berdiri di area gelombang pecah, namun dalam kondisi surut tersebut bisa terbawa arus?

Widodo yang juga merupakan anggota Advisory Board Korea-Indonesia Marine Technology Cooperation Research Center itu menjelaskan kemungkinannya berdasarkan data model global sebaran angin pada Sabtu (12/2), pukul 21.00 WIB hingga Minggu dini hari, pukul 00.00 WIB.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X