Selain Pamukkale alias “Kastil Kapas”, Provinsi Denizli di Turki punya sederet destinasi wisata terkenal. Tepat di jantung kota misalnya, terdapat kastil peninggalan Bizantium yang dibangun antara tahun 1243-1250, untuk melindungi kota dari pendudukan musuh.
Kastil dikelilingi tembok setebal satu meter, dengan panjang 800 meter. Sebagian tembok runtuh, hanya menyisakan 80 meter yang masih berdiri kokoh hingga kini. Permukiman pertama di dalam kastil terbentuk abad ke-11, di masa Dinasti Seljuk.
Baca juga: Taman Pelangi Jogja, Wisata Instagramable Bertabur Cahaya Lampion Berbagai Bentuk
Pasar dan Masjid di dalam Kastil
Sejak Kesultanan Ottoman menguasai wilayah Anatolia (Asia Kecil), kastil berkembang menjadi bazaar atau pasar, sampai saat ini. Bazaar berusia hampir delapan abad ini merupakan yang tertua di Denizli. Di dalamnya terdapat ratusan toko dan tiga masjid, salah satunya Arasta Camii.
Dalam bahasa Turki, “arasta” berarti pasar tertutup. Dari sinilah nama masjid berasal. Di era Ottoman, bazaar dibangun sebagai sumber pendapatan untuk membiayai kulliye, yaitu kompleks besar yang terdiri dari masjid, pondok sultan, madrasah, sekolah, rumah jam, perpustakaan dan beberapa bangunan lain.
Siapa dan Kapan Masjid Arasta Dibangun?
Tidak diketahui pasti, kapan dan siapa yang membangun Masjid Arasta. Prasasti peninggalan bersejarah Ottoman di fasad pintu masuk masjid mencantumkan tahun 1323 dan 1325 Hijriyah.
Namun belum ada bukti kuat, apakah tahun tersebut mengacu pada periode pembangunan masjid atau tahun renovasi. Beberapa pedagang di dalam kastil memperkirakan, Masjid Erasta setidaknya berusia 200 tahun.
Baca juga: Gubernur Khofifah Hadiri Peringatan Nuzulul Quran saat Safari Ramadhan ke Mojokerto
Arsitektur Masjid Arasta
Masjid Arasta memiliki bentuk berbeda dengan masjid bersejarah lain di provinsi Denizli. Mimbarnya terletak searah kiblat, dekat mihrab. Salah satu yang menonjol dari interior masjid adalah mihrabnya yang sederhana. Tidak ada figur atau ornamen di bagian relungnya.
Tahun 2008 Masjid Arasta direnovasi. Dominasi kayu pada eksterior dan interior membuat tampilan masjid lebih unik. Pagar kayu di bagian utama ruang salat dan papan di lantai dua diperbarui seluruhnya.
Bingkai kayu juga digunakan untuk jendela. Meski arsitekturnya sederhana, masjid terlihat elegan karena sistem pencahayaan yang selaras dengan desain interiornya.
Menara yang semula terbuat dari timah, diganti dengan menara kayu. Kesan tradisional makin kuat dengan atap pinggul, yang setiap sisinya miring ke bawah. Saat ini masjid sudah kembali dibuka untuk umum. Selain para pedagang di bazaar, banyak warga lokal dan wisatawan yang datang ke masjid di dalam kastil bersejarah ini.
Artikel menarik lainnya:
- Review Serial Reacher: Ketika Pejabat, Polisi, dan Sindikat Pemalsu Uang Berkonspirasi
- Intip Rumah Kurcaci Seribu Batu Songgo Langit, Berasa Lagi di Negeri Dongeng
- Berani Nikmati Liburan ke Pulau Merak Kecil Banten Cuma Modal Rp50 Ribu
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini