Hari Tanpa Bra Sedunia, Alasan Kesehatan atau Bentuk Protes atas Pengekangan?

- Rabu, 13 Oktober 2021 | 11:24 WIB
Ilustrasi No bra day atau hari tanpa bra sedunia. (Pixabay/sweetlouise).
Ilustrasi No bra day atau hari tanpa bra sedunia. (Pixabay/sweetlouise).

Hari, tepatnya 13 Oktober, diperingati sebagai Hari Tanpa Bra Sedunia, dimana para perempuan membebaskan dirinya dari penutup dada. Hari penting ini berlangsung dengan adanya isu kesehatan. khususnya kesadaran kanker payudara. Namun tak jarang ada yang menghubungkan dengan bentuk protes dan gerakan feminisme.

Hari Tanpa Bra diawali dari Breast Reconstruction Awareness (BRA) pada 2011 yang digagas oleh dokter bedah Mitchell Brown dari Kanada. Dicetuskan untuk membantu perempuan memahami lebih dalam tentang rekonstruksi payudara setelah mastektomi. Juga untuk memahami apa yang dijalani seseorang setelah mengalami kanker payudara.

Kemudian gerakan tersebut menjadi ramai diperbincangkan di media sosial, sehingga memunculkan tagar #nobraday. Hal ini memicu warganet untuk berpartisipasi dengan mengunggah foto tanpa bra di media sosial.

Pada 2017, wanita didesak setelah melepas bra mereka untuk melakukan pemeriksaan payudara. Di media sosial, perempuan didorong untuk tidak mengenakan bra dan memposting foto menggunakan tagar #nobraday.

Dikaitkan dengan gerakan feminis.

Beberapa peserta Hari Tanpa Bra Sedunia menghubungkan tidak mengenakan bra dengan protes feminis seperti yang terjadi pada protes Miss America 1968. Mengutip  "Feminism, Miss America, and Media Mythology" dari Bonnie J Dow, saat itu para pengunjuk rasa secara simbolis melemparkan sejumlah produk feminin termasuk bra ke dalam "Tempat Sampah". 

-
Miss America bakar barang-barang bentuk pengekangan terhadap perempuan. (Wikipedia).

Mereka menggambarkan barang-barang itu sebagai "alat penyiksaan perempuan" dan perlengkapan dari apa yang mereka anggap sebagai feminitas yang dipaksakan. Protes menjadi terkenal ketika sebuah berita lokal di Atlantic City Press secara keliru melaporkan bahwa "bra, korset, falsies, pengeriting, dan salinan majalah wanita populer" dibakar.

Baca Juga: Warganya Enggan Divaksin, Presiden Filipina Usulkan untuk Disuntik saat Mereka Tidur

Beberapa aktivis feminis percaya bahwa anti-feminis menggunakan saran para pemrotes untuk tidak mengenakan bra untuk meremehkan apa yang coba dicapai oleh para wanita dan untuk meminimalkan pentingnya gerakan feminis secara umum.

Di Filipina, peringatan tersebut dipandang sebagai hari untuk memajukan penyebab kesetaraan gender. Seorang jurnalis mendukung Hari Tanpa Bra, dengan mengatakan bahwa itu "menegaskan feminitas dan penghargaan kita terhadap siapa kita sebagai seorang wanita. Bra melambangkan bagaimana wanita ditahan dalam perbudakan".

Berbeda dengan Go Topless Day.

Ketaatan dan hubungannya dengan kesetaraan gender telah menarik perbandingan dengan gerakan hak-hak perempuan Go Topless dan Go Topless Day, sebuah protes di mana perempuan menegaskan hak hukum mereka untuk pergi tanpa bra dan bertelanjang dada.

Go Topless Daya sendiri sudah muncul sebelum ada isu Hari Tanpa Bra Sedunia. Namun perbedaannya tujuan awal dari dua gerakan ini berbeda. No Bra Day memiliki tujuan utama akan kesehatan, sedang Topless Day memiliki tujuan kesetaraan gender. 

Beberapa pandangan terhadap Hari Tanpa Bra juga terpecah dari beberapa perempuan sendiri. Ada yang setuju dengan konsep feminisme tersebut. Namun ada yang hanya setuju dengan alasan kesehatan, namun menolak paham kesetaraan yang terlalu jauh, bahkan sampai harus membuka baju hanya demi setara. 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X