Pentingnya Literasi Keuangan Biar Gak Jatuh Miskin Usai Borong Mobil Hasil Jual Tanah

- Kamis, 27 Januari 2022 | 17:17 WIB
Kiri: Tangkapan layar warga Desa Sumurgeneng saat memborong mobil Februari 2021 lalu. (TikTok @rizkii.02); kanan: Ilustrasi perencanaan keuangan. (Pixabay)
Kiri: Tangkapan layar warga Desa Sumurgeneng saat memborong mobil Februari 2021 lalu. (TikTok @rizkii.02); kanan: Ilustrasi perencanaan keuangan. (Pixabay)

Nasib warga "Kampung Miliarder" alias Desa Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, yang sempat ramai-ramai borong mobil setelah lahan mereka dibayari oleh Pertamina untuk membangun kilang minyak pada Februari 2021 lalu, kini sungguh ironis.

Belum lagi genap setahun, kini hidup mereka berubah drastis. Bukan makin kaya, melainkan malah nelangsa karena kini mereka tak punya mata pencaharian.

Nasib mereka kini luntang-lantung setelah lahan pertanian mereka menjelma kilang minyak. Pacul mereka telah tergantung. Tidak ada lagi lahan yang bisa mereka garap seperti tahun-tahun yang lampau.

Karena tak ada lagi lahan, mereka pun lantas berharap Pertamina merealisasikan janji untuk merekrut mereka sebagai pekerja atau karyawan setelah kilang minyak terbangun.

Namun, harapan itu pun nyatanya jauh panggang dari api. Mereka tidak bisa begitu saja jadi pekerja Pertamina karena tetap ada seleksi yang diberlakukan.

Karena tak kunjung bekerja, mereka pun kini mengalami kesulitan ekonomi. Harta mereka perlahan-lahan terkuras dan hewan-hewan ternak yang mereka punya mereka jual buat menyambung hidup.

Apa yang dialami oleh warga "Kampung Miliarder" itu, kita jadi paham betapa pentingnya literasi keuangan ataupun perencanaan keuangan, apalagi saat ini Pandemi COVID-19 masih belum juga lenyap.

Metta Anggriani, Perencana Keuangan Tersertifikasi dan Founder Anggriani & Partners pada 30 Januari 2021 lalu pernah mengingatkan bahwa resolusi keuangan yang baik membutuhkan tiga langkah utama, yakni melakukan financial check-up untuk memeriksa cash flow, hutang, dan aset yang kita miliki.

"Mengidentifikasi prioritas serta tujuan seperti untuk liburan, membeli rumah atau kendaraan, dan seterusnya; dan yang terakhir barulah kita tentukan instrumen keuangan yang menyesuaikan dengan kondisi finansial dan prioritas sehingga mudah untuk dipantau dan dikelola," kata Metta.

Alasan lain dibutuhkan perencanaan keuangan yang lebih siap menghadapi pandemi alias "pandemic ready" adalah terjadinya perubahan pola pikir dan hidup masyarakat yang menimbulkan berbagai kebiasaan baru. Salah satunya yang paling menonjol adalah semakin bergantungnya masyarakat pada gadget untuk menunjang aktivitas sehari-hari, mulai dari bekerja, belajar, belanja, hingga hiburan.

Perusahaan riset pasar IDC, merilis laporan bahwa pada kuartal ketiga 2020 pertumbuhan penggunaan smartphone mencapai 49 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, dan 21 persen dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, diprediksi penggunaan smartphone di Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai 89,2 persen dari populasi Indonesia pada tahun 2025.

Hal ini sejalan dengan fenomena terkini di mana semakin banyak orang yang tak ragu lagi untuk membeli dan melengkapi dirinya dengan gadget yang lebih mutakhir, guna memastikan kelancaran work-from-home, school-from-home atau sekedar mendapatkan kualitas hiburan terbaik untuk mengusir rasa bosan selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Namun, frekuensi penggunaan gadget yang semakin tinggi tentunya dapat meningkatkan risiko terhadap gadget itu sendiri seperti terjadinya kerusakan, kehilangan, dan sebagainya.

Setiap gadget memiliki potensi untuk mengalami kerusakan dan seringkali biaya reparasinya tidak murah. Apalagi bila mengalami kehilangan, sudah pasti menjadi beban biaya yang cukup mengganggu keuangan karena harus membeli yang baru.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB

5 Contoh Hak Siswa di Sekolah yang Kamu Harus Tau!

Kamis, 11 April 2024 | 09:10 WIB
X