110 Tahun Injil Masuk Toraja, Aksi Penuh Toleransi Hadir di Tengah Masyarakat

- Senin, 13 Maret 2023 | 19:01 WIB
Perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT). (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)
Perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT). (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)

Gebrakan pasukan toleransi terus digaungkan dalam momentum perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT) yang dipusatkan di dua Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. 

Salah satu aksi nyata tersebut melalui pembenahan objek wisata Salib Singki melibatkan ratusan pemuda, yang terdiri dari pemuda Gereja Toraja, pemuda lintas agama dan dedominasi gereja.

-
Berbagai kegiatan sosial digelar saat perayaan 110 tahun Injil Masuk Toraja (IMT). (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)

Dalam program bedah 110 rumah juga menyasar semua masyarakat yang belum memiliki rumah layak huni. Salah satunya rumah milik Ambe' Bakri, seorang Muslim yang memiliki 3 anak, bertempat di Awan Rantekarua, Toraja Utara.

Baca juga: Kisah Satu Keluarga Tinggal di Gubuk Reyot di Toraja, IMT Langsung Bergerak Cepat

Sejarah Injil Masuk Toraja

Perayaan Injil Masuk Toraja (IMT) mengambil momentum peristiwa baptisan pertama, pada tanggal 16 Maret 1913 di Makale, Kabupaten Tana Toraja. Setelah 110 tahun berlalu, banyak sejarah terukir, menjadi momentum pemulihan Toraja.

"Jadi kalau mundur sedikit ke belakang, sebelum peristiwa baptisan itu, sebenarnya dimulai dari sekitar tahun 1908. Ketika pemerintah Hindia Belanda membuka sejumlah sekolah-sekolah pemerintah," ucap Ketua Umum Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja, Pendeta Dr. Alfred Anggui, M.Th.

-
Ketua Umum Badan Pekerja Sinode (BPS) Gereja Toraja, Pendeta Dr. Alfred Anggui, M.Th. (Z Creators/Krisnawati Ranteallo)

Lanjut, sejumlah guru dari Maluku dan Timor datang ke Toraja mendidik anak-anak di sekolah.

"Dari situ kemudian anak-anak itu bertumbuh, juga mengenal iman Kristen. Kalau melihat beberapa arsip, usia anak-anak sekolah waktu itu, ada yang puluhan tahun, baru mau masuk sekolah. Jadi bisa dibayangkan adalah usia puluhan tahun kemudian mereka mengenal pendidikan," imbuhnya. 

Pendidikan formal seperti, belajar baca, tulis dengan segala macam ilmu lainnya diajarkan di sekolah. Hal ini kemudian disebut sebagai momentum terjadi satu lompatan besar dalam perubahan peradaban masyarakat Toraja.

"Siswa-siswa inilah yang kemudian tentu sudah umurnya jauh dibanding siswa sekarang. Itu mengambil bagian keputusan untuk menerima baptisan pertama," tambahnya.

Keputusan untuk baptisan pertama tersebut dengan memanggil pendeta Jonathan Kelling yang ada di Bantaeng dari Gereja Protestan Belanda. Kemudian datang ke Toraja untuk melakukan baptisan pertama di kota Makale, waktu itu 16 Maret 1913.

Setelah itu, secara bergantian sejumlah misionaris datang ke Toraja. Beberapa nama seperti AA. van de Loosdrecht, D.C. Prins dan sejumlah tokoh-tokoh, guru di bidang kesehatan, pendidikan, semua datang ke Toraja secara bergantian.

"Nah, kita syukuri hari ini, Gereja Toraja sendiri, yang boleh dikatakan melanjutkan pekerjaan para misionaris, para guru-guru sebelumnya," sebut Ketum Alfred. 

Halaman:

Editor: Yayan Supriyanto

Tags

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X