Perasaan cemas, khawatir, panik, dan stres melanda banyak orang di tengah situasi pandemi virus corona (Covid-19). Salah satu penyebabnya karena harus menghabiskan banyak waktu di rumah saja dan menjaga jarak dengan orang lain. Selain itu, pandemi juga mengubah banyak aspek dalam kehidupan.
Menurut psikolog Dra. Ratih Ibrahim, M.M perasaan-perasaan tersebut memang wajar terjadi. Terlebih pandemi Covid-19 merupakan hal baru yang terjadi dalam kehidupan. Belum lagi banyaknya informasi terkait hal tersebut yang bisa menambah kecemasan.
"Ini adalah hal yang sangat bisa dipahami. Salah satu faktor utama yang membuat perasaan cemas akibat adanya ketidakpastian kapan pandemi berakhir," kata Ratih dalam siaran langsung 'Embracing New Habits in Times of Uncertainty', Jumat (29/5/2020).
Psikolog dari Personal Growth ID itu menambahkan, manusia adalah mahluk sosial yang butuh berinteraksi. Sedangkan di tengah pandemi Covid-19 interaksi manusia dibatasi.
Selain itu, manusia adalah mahluk berpikir yang cenderung membuat antisipasi dalam berbagai hal.
"Ketika berada dalam situasi tidak pasti untuk waktu yang lama, itu menjadi sangat melelahkan. Selain itu, ada banyak kata baru yang dimunculkan seperti new normal," ujar Ratih.
Dikatakan olehnya, new normal atau kehidupan normal baru sangat berhubungan dengan kebiasaan baru yang kemudian akan dilakukan secara rutin. Maka dari itu, untuk mengatasi perasaan cemas dan bersiap menghadapi new normal, perlu dibangun suatu kebiasaan baru yang tentu berbeda dari sebelumnya. Kebiasaan itu nantinya membuat orang cenderung lebih produktif sehingga tidak berfokus hanya pada rasa stres.
"Membangun habit adalah salah satu jawaban utama karena akan membantu kita lebih memiliki kendali atas hidup, lebih mampu mengelola stres dengan lebih baik. Manusia adalah mahluk kebiasaan. Kalau kebiasaan lama sudah enggak oke, maka cari kebiasaan baru," pungkas Ratih.
