Pilu Eva Agustina, Ibu 3 Anak Tinggal di Gubuk Depan Septic Tank di Desa Citaman Jernih

- Senin, 4 Januari 2021 | 13:46 WIB
Eva Agustina menggendong anak bungsunya di depan rumah gubuknya di Desa Citaman Jernih, Perbaungan, Serdangbedagai. (Indozone.id/Abul Muamar)
Eva Agustina menggendong anak bungsunya di depan rumah gubuknya di Desa Citaman Jernih, Perbaungan, Serdangbedagai. (Indozone.id/Abul Muamar)

Bangunan itu berukuran tak lebih dari empat kali empat meter. Di dalamnya hanya ada dua ruangan. Yang satu sebagai dapur, yang satu lagi sebagai ruang tidur. 

Dindingnya dibangun dengan anyaman bambu. Kondisinya aus dan terdapat lubang di sana-sini. Menunjukkan betapa dinding itu sudah aus. Lantainya berupa tanah, yang ditutup dengan plastik yang biasa dipakai sebagai taplak meja, dan di sana-sana sini juga sudah robek dan berlubang--mungkin lubang tikus.

Sedang atapnya, tak sepenuhnya tertutup. Ada celah menganga tepat di samping atas ruang tidur. Dan, ada sebuah septic tank bersama berada persis di depan bangunan itu.

Di dalam rumah gubuk itulah, seorang perempuan bernama Eva Agustina (38 tahun), tinggal bersama tiga anaknya.

"Beginilah rumah kami," kata Eva kepada reporter Indozone.id, medio Desember 2020 lalu.

-
Eva merapikan ruangan tidurnya.(Indozone/Abul Muamar)

Eva menyilakan reporter Indozone masuk ke rumahnya. Seraya merapikan isi rumahnya yang berantakan, dia bercerita, bahwa angin malam masuk begitu mudahnya ke dalam rumahnya. Ketika hujan turun, sudah pasti air akan masuk ke dalam rumah mereka. 

"Kalau hujannya malam, airnya ya, masuk ke dalam. Sudah biasa sih begitu," katanya.

Eva kemudian menunjukkan "dapur" rumahnya, yang secara epistemologis tak dapat dikatakan sebagai dapur. Jangankan kompor gas ataupun kompor minyak, sekadar tungku perapian pun tak ada di ruangan itu.

"Kalau masak di luar. Itu di situ," katanya, menunjukkan tungku batu. "Tapi, ya, harus cari kayu (bakar) dulu."

-
Eva Agustina menunjukkan ruangan yang ia sebut sebagai dapur. (Indozone/Abul Muamar)

Eva sendiri bukannya tak punya suami. Suaminya masih muda dan sehat. Namun, suaminya tak punya pekerjaan tetap, apalagi pekerjaan dengan gaji yang menjanjikan. Pun mereka tak punya lahan untuk digarap.

Untuk menghidupi keluarganya, Eva bekerja di sebuah warung lontong, yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumahnya. Terkadang untuk mencari uang tambahan, ia mengutipi biji kelapa sawit dari perkebunan milik PTPN IV Adolina.

"Sedihnya itu, septic tank itu. Baunya sering masuk ke dalam rumah. Kalau sudah begitu, kami jadi tak selera makan. Tapi ya mau kayak mana lagi, cuma inilah kami sanggupnya, tinggal di rumah ini," katanya.

Rumah Eva berada di Dusun IV Desa Citaman Jernih, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdangbedagai, Sumatera Utara. Kondisi rumahnya yang demikian, tampak begitu kontras jika dibandingkan rumah tetangga-tetangganya yang kokoh dan mapan. 

Di tengah obrolan, Eva memanggil anak bungsunya, yang usianya masih 4 tahun. Ia bertanya kepada anaknya apakah sudah makan, dan dijawab belum. Sinar nestapa terpancar dari mata bocah tersebut. Tak terbayangkan anak sekecil itu, tidur diterpa angin malam, dan kadang-kadang guyuran hujan, yang masuk dengan bebas melalui celah menganga di atas dipan tempat ia tidur.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X