Nama Ardian Hafidz Annafi (18), siswa SMA Pradita Dirgantara, Ngemplak, Boyolali menggemparkan lingkungan tempat tinggalnya di Desa Nepen, RT 04/ RW 02, Kecamatan Teras, Boyolali, Jawa Tengah, bahkan seantero Indonesia.
Hafidz sapaannya di rumah, menjadi perbincangan hangat publik karena remaja kelahiran 20 Juni 2004 tersebut dipinang oleh tujuh kampus top di dunia, termasuk kampus-kampus yang melahirkan orang hebat di dunia.
Ketujuh kampus tersebut tersebar di Kanada, Selandia Baru, dan Australia, mulai dari University of Toronto, University of British Columbia, The University of Western Australia, Wageningen University, University of Otago, Curtin University, dan Victoria University of Wellington
Beberapa kampus itu menempati peringkat top 100 dunia versi QS World University Rankings (WUR).
Selain tujuh kampus top luar negeri tersebut, Hafidz juga sudah diterima di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia seperti Universitas Diponegoro Semarang dan beberapa kampus negeri di Yogyakarta.
Minggu (15/5/2022) kemarin, Tim IDZ Creators sempat bertandang ke rumah Hafidz di Desa Nepen, Teras, Boyolali.
Namun Tim IDZ Creators hanya ditemui oleh kedua orang tuanya Yuni Puji Astuti (43) dan Mardiyono (48), karena Hafidz sudah kembali ke asrama SMA Pradita Dirgantara setelah dua pekan libur Lebaran di rumah.
Namun Tim IDZ Creators masih bisa menghubungi Hafidz melalui video call.
Ternyata Hafidz sudah menentukan pilihan akan berkuliah di mana.
“Saya pilih University of British Columbia, soalnya reputasinya di bidang geologi itu paling baik dari pada kampus-kampus lain, meskipun secara kampusnya rangkingnya lebih rendah daripada University of Toronto, tapi persubject di bidang geologinya peringkatnya lebih tinggi dari pada kampus lainnya. Saya rasa saat ini saya ingin bercita cita menjadi ahli geologi, nanti bisa meneliti kondisi kebumian yang ada di indonesia,” ujarnya sambil malu malu.
Hafidz bukanlah anak orang kaya.
Ayahnya bernama Mardiyono (48) merupakan buruh bangunan, sementara sang bunda Yuni Puji Astuti (43) punya usaha jasa laundry di rumahnya.
Prestasi yang ditoreh anak pertamanya membuat pasutri itu kaget campur terharu.
Yuni yang hanya berpenghasilan bersih Rp50 ribu per hari enggak menyangka anaknya bakal kuliah di luar negeri. Informasi ini ia terima dari grup WhatsApp orang tua di sekolah sang putra.