Pola Asuh yang Benar Cegah Anak Berperilaku Kasar 

- Sabtu, 18 April 2020 | 09:00 WIB
Ibu dan anak (SHEKNOWS)
Ibu dan anak (SHEKNOWS)

Anak suka berperilaku kasar tentu jadi satu hal yang perlu diwaspadai orangtua. Jangan lantas dibiarkan, anak perlu dididik dengan benar agar perilaku tersebut tidak berkembang jadi wataknya kelak saat dewasa. 

Pola asuh orangtua berperan penting dalam menentukan perilaku anak. Untuk mencegah anak berperilaku kasar, perlu diterapkan pola asuh penuh kasih sayang dari orangtua ke anak. 

Misalnya, sejak kecil anak perlu diperkenalkan dengan budaya penuh kehangatan. Seperti menerima anak apa adanya tanpa menyindir atau melabeli anak, diberikan banyak pelukan, banyak tertawa bersama, berinteraksi dalam kegiatan menyenangkan bersama dan lain sebagainya. 

Kemudian penting sekali untuk adanya kontrol yang baik terhadap perilaku kekerasan anak. Sedari dini jika anak suka memukul teman, maka anak harus ditegur dan diminta untuk meminta maaf kepada teman yang dipukul. 

Dengan demikian ia belajar bahwa perilaku memukul teman (ataupun perilaku kekerasan lainnya) tidak diperkenankan terjadi di dalam keluarganya. 

“Semakin anak besar, perlu juga ada diskusi-diskusi untuk membantu anak menelaah permasalahan yang ia hadapi. Contohnya diskusi bagaimana cara memperlakukan teman yang menyebalkan, bagaimana menolak atau memperkuat diri ketika dibully orang lain, apa saja yang bisa dilakukan ketika mendapat pelecehan dari lingkungan sekitar, dan lain sebagainya,” ungkap Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Si., Psikolog Anak dan Keluarga kepada Indozone, belum lama ini.

-
Ibu dan anak (pexels)

Diskusi itu artinya anak juga didengarkan pendapatnya, divalidasi perasaan dan pemikirannya, jadi bukan sekadar dinasihati. Ketika anak yang sudah besar dan remaja melakukan tindak kekerasan, maka perlu sekali tindakan yang lebih tegas dari orangtua. 

“Contoh jika anak ternyata menjadi pelaku bullying di sekolah, maka orangtua perlu bekerja sama dengan sekolah untuk memikirkan hukuman apa yang perlu diterima anak dan bisa juga diberlakukan di rumah. Orangtua juga menunjukkan dengan jelas bahwa mau ikut berubah, agar anak tidak lagi menjadi pelaku kekerasan. Jadi tidak hanya menyalahkan anak saja,” imbuh perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Wilayah Jakarta ini.

Lebih lanjut, dengan adanya pesan yang sangat jelas bahwa orangtua tidak menolerir tindak kekerasan yang dilakukan anak (dan lingkungan sekitarnya), maka anak atau remaja juga berusaha mengubah dirinya agar tidak mengulangi perilaku kekerasan yang dilakukan.

Artikel menarik lainnya

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X