Lagi Marak, Ini Kiat Lindungi Anak dari 'Predator Online'

- Jumat, 17 Januari 2020 | 15:45 WIB
ilustrasi anak main handphone (unsplash/Diego Passadori)
ilustrasi anak main handphone (unsplash/Diego Passadori)

Awal tahun 2020, masyarakat dihebohkan dengan kasus predator seksual, yang dilakukan oleh seorang warga negara Indonesia (WNI) di Inggris bernama Reynhard Sinaga.

Pria kelahiran Jambi tahun 1983 ini, telah memperkosa sebanyak 48 pria. Reynhard melakukan aksi keji tersebut, setelah membius korbannya agar tak sadarkan diri.

Meski ketauan bersalah yang dibuktikan dengan rekaman video, Reynhard masih saja berkilah bahwa hubungan tersebut dilakukan atas dasar "suka sama suka" (sexual consent), bukan pemerkosaan.

Kini, Reynhard telah menerima ganjaran dari perbuatannya. Ia sudah ditangkap dan dipenjara oleh pihak berwajib.

-
Predator seksual Reynhard Sinaga (REUTERS/The Crown Prosecution Service)

Kejadian ini membuktikan bahwa kecanggihan teknologi tidak selalu berhasil membuat pelaku kejahatan mengurungkan niatnya. Para predator justru mencari berbagai celah dari kemajuan teknologi ini untuk mendapatkan mangsa.

Selain di Inggris, Indonesia juga pernah digegerkan dengan jaringan predator online lintas negara pada tahun 2017. Namun, kepolisian Indonesia berhasil menguak jaringan predator online lintas negara, yang beranggotakan lebih dari 7.000 orang di media sosial Facebook (FB).

Tak hanya dari media sosial Facebook, Instagram pun tak luput dari media atas kasus pedofilia. Kejadian ini dilakukan oleh seorang mantan guru mengaji di Pamekasan, Madura, Jawa Timur dari balik jeruji penjara.

Tahun 2019, Direktorat Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Subdit Cyber Crime, mengungkap modus pencarian korban di bawah umur oleh predator seksual yang memanfaatkan game online.

Berkaca dari kasus pelecahan dan tindakan seksual dengan kecanggihan media sosial, timbullah pertanyaan bagaimana upaya untuk melindungi anak-anak di zaman yang serba digital dan online ini? Haruskah memutus koneksi internet dan melarang anak untuk menggunakan gawai?

-
ilustrasi anak main handphone sendiri (pexels/Kaku Nguyen)

Nyatanya, ada cara yang lebih sederhana namun memiliki pengaruh cukup besar. Yaitu memantau, mengontrol akses internet dan menghabiskan banyak waktu bersama anak.

Setiap anak memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap akses internet. Itulah sebabnya, orang tua memiliki peranan sangat penting untuk memberi pemahaman tentang apa saja yang boleh ditonton dan dilakukan anak dengan gawainya sesuai batasan usianya. Terlebih dalam hal penggunaan media sosial.

-
ilustrasi orang tua dampingi anak saat main gawai (Sciencenorway)

Orang tua juga harus memberitahu apa yang boleh dan tidak boleh dibagikan anak kepada orang lain. Anak yang sudah terbiasa berinteraksi dengan keluarga memakai gawai atau media sosial, harus diajarkan soal batasan penting.

Ketika anak menggunakan media sosial, pastikan orang tua mengajarkan anak agar tidak mau diajak foto sembarangan orang selain keluarga, pose seperti apa yang boleh dilakukan, bolehkah dipegang orang lain, dan jika boleh, bagian mana saja yang diperbolehkan.

Untuk mencegah hal-hal tak diinginkan, ada baiknya sejak awal orang tua menentukan aturan tentang kapan dan bagaimana anak bisa berinteraksi dengan orang lain, baik secara offline maupun online.

Halaman:

Editor: Administrator

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X