Cheongsam merupakan salah satu baju tradisional yang sering dipakai saat perayaan Imlek. Cheongsam diketahui sudah ada selama pemerintahan Manchu tepatnya di abad ke-17.
Di abad itu, menggunakan Cheongsam dianggap sebagai penanda status sosial masyarakat di Manchu. Pada awalnya, hanya ada empat warna baju Cheongsam yaitu berwarna kuning, putih, biru dan merah. Setiap warna-warna tersebut mewakili kelompok yang berbeda.
Selain Cheongsam, juga ada baju adat China untuk kaum pria Tionghoa, namanya Changpao. Sama dengan Cheongsam, Changpao atau Changsan juga memiliki beberapa warna untuk menandakan status sosial mereka.
Di era tahun 1920-an, baju Cheongsam sangat populer di kalangan selebritas Tiongkok dan masyarakat kelas atas. Di tahun tersebut, Cheongsam mendankan pembebasan wanita Tiongkok dari masa lalu tradisional.
Bajunya pun lebih ekspresif dan menunjukkan lekuk tubuh. Hingga akhirnya, pada tahun 1929, Cheongsam dinyatakan sebagai pakaian tradisional resmi Tiongkok.
Sementara itu, Cheongsam mulai populer di Hong Kong pada tahun 1950-an. Bahkan, pada saat itu, Cheomgsam menjadi pakaian sehari-hari. Baju Cheongsam Hong Kong menjadi lebih kebarat-baratan dan memiliki desain dengan belahan samping yang memperlihatkan paha.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, popularitas Cheongsam mulai menurun. Para desainer di Hong Kong mulai membuat Cheongsam yang desainnya lebih modern. Kini, baju tersebut sudah semakin membuat banyak orang yang tertarik, tak hanya orang keturunan Tionghoa saja.
Banyak desainer dengan merek-merek terkenal membuat 'Chengosam modern'. Karena melekatnya Cheongsam dengan budaya China, baju ini selalu dipakai saat perayaan Imlek di seluruh dunia.
