Sosok Pieter Sambo, Polisi Jujur dan Tokoh Pramuka Nasional, Benarkah Ayah Ferdy Sambo?

- Rabu, 10 Agustus 2022 | 15:17 WIB
Irjen Pol Ferdy Sambo. (Facebook/Rohani Simanjuntak)
Irjen Pol Ferdy Sambo. (Facebook/Rohani Simanjuntak)

Nama Pieter Sambo ikut terseret dalam kasus kematian Brigadir J alias Nopryansah Yosua Hutabarat. Mayor Jenderal (Purn) itu disebut-sebut sebagai ayah dari Irjen Ferdy Sambo yang kini menjadi tersangka.

Faktanya dari penelusuran Indozone, Pieter Sambo bukanlah anak Ferdy Sambo. Hubungan mereka adalah paman dan keponakan. Sambo sendiri merupakan salah satu nama marga di Tana Toraja, Sulawesi Selatan. 

Mayor Jenderal Pol Pieter Sambo juga bukan orang sembarangan. Dia terkenal sebagai sosok polisi jujur di era Presiden Soeharto.

Jabatan terakhirnya adalah Kapolda Sumatera Utara pada tahun 1986 dan tutup usia di tahun 2015.

Baca juga: Kapolri Umumkan Tersangka Baru, Menguak Dalang Pembunuhan Brigadir J Ada Jejak Sambo

Sebelum menjabat Kapolda Sumatera Utara, Pieter Sambo sempat menjabat sebagai Kapolda Irian Jaya yang kini dikenal Papua.

Selain eksis di kepolisian, dia juga menjadi tokoh Pramuka nasional. Jenderal asal Toraja Utara itu menjadi penyemangat dan penggerak kepramukaan di Tanah Air, meski sibuk menjaga keamanan di wilayah tugasnya. 

Di kepramukaan, sang jenderal selalu ditemani Mayor Jenderal Mashudi, kala itu menjadi Ketua Kwarnas periode 1978–1993.

Saat bertugas sebagai Kapolda Papua, paman Irjen Sambo ini juga menjabat sebagai Ketua Kwarda Papua. Untuk membesarkan Pramuka di tempat tugasnya, sang jenderal memiliki cara tersendiri. Dia sering masuk ke daerah terpencil Papua untuk menghadiri kegiatan kepramukaan.

Gagal jadi Kapolri

Menurut Advokat, Andi M Isdar Jusuf sosok Pieter Sambo adalah sosok polisi yang jujur dan sederhana. Saat pensiun, dia hanya memiliki satu mobil bekasi sedan Peugeot 505. 

Dia juga memiliki rumah sakit yang dipersembahkan untuk istrinya yang juga seorang dokter anak. Rumah sakit itu dibangun Pieter Sambo dengan mengambil kredit di bank sebesar Rp500 juta. Saat krisis moneter 98, rumah sakit itu hampir bangkrut. 

Di masa keemasannya, Pieter Sambo hampir ditunjuk Presiden Soeharto sendiri sebagai Kapolri untuk periode 1986 hingga 1911.

Namun setelah SK Mohomad Sanoesi diterbitkan, LB Moerdani menghubunginya dan memberitahu bahwa dia gagal menjadi Kapolri karena dari golongan minoritas.
 

Artikel Menarik Lainnya:

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X