Silsilah Keluarga Agus Widjojo yang Dilantik Jokowi Jadi Dubes, Anak dari Mayjen Sutoyo

- Rabu, 12 Januari 2022 | 16:36 WIB
Kolase foto Mayjen Sutoyo dan Agus Widjojo. (Foto: Istimewa/Antara)
Kolase foto Mayjen Sutoyo dan Agus Widjojo. (Foto: Istimewa/Antara)

Presiden RI Jokowi baru saja melantik tiga Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (Dubes LBBP) RI untuk tiga negara di Istana Negara, Rabu (12/1/2022).

Mereka adalah Sunarko sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Republik Sudan dan berkedudukan di Khartoum; Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Republik Filipina merangkap Republik Kepulauan Marshall dan Republik Palau yang berkedudukan di Manila; dan Fientje Maritje Suebu sebagai Duta Besar LBBP RI untuk Selandia Baru merangkap Samoa, Kerajaan Tonga, Kepulauan Cook, dan Niue, berkedudukan di Wellington.

Pelantikan mereka didasarkan pada Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 4/P Tahun 2022 Tentang Pengangkatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa yang dibacakan Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara Nanik Purwanti.

“Ditetapkan di Jakarta pada 11 Januari 2022,” ucap Nanik membacakan Keppres tersebut.

Dari tiga duta besar yang baru dilantik tersebut, nama Agus Widjojo menjadi yang paling disorot.

Siapa Agus Widjojo?

Agus Widjojo lahir Surakarta, 8 Juni 1947 (umur 74 tahun). Dia adalah anak dari Mayor Jenderal TNI (Anumerta) Sutoyo Siswomiharjo, salah satu perwira tinggi TNI-AD yang diculik dan dibunuh dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

Selain data diri pribadi, tidak banyak informasi mengenai keluarga Agus. Ia menikah dengan Herlina Hinayati (almarhum, meninggal pada 15 April 2019). Salah satu anaknya yang cukup dikenal adalah Puri Lestari.

Agus menempuh pendidikan di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) tahun 1970. Ia juga pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Kecabangan Infanteri, Pendidikan PARA, Master of Military Arts and Science (MMAS) US Army Command and General Staff College Fort Leavenworth, USA (1988), Master of Science in National Security (MScNS), National Defense University, Fort Myers, Washington DC, USA (1994), dan Master of Public Administration (MPA), George Washington University, Washington DC, USA (1994).

Pada tahun 1998, Agus pernah mengutarakan pendapat bahwa militer seharusnya terpisah dari politik. 

"Mereka yang melihat kebutuhan untuk menjadikan militer sebagai bagian dari sistem yang lebih demokratis adalah mereka yang telah terkena sistem demokrasi," katanya kala itu.

Perjalanan Karier

Agus mengawali karier militernya sebagai Pama Pussenif. Kemudian, ia menjadi Wadan Yonif Linud 328/Dirgahayu, Danyonif Linud 328/Dirgahayu (1985-1986), Kasbrigif Linud 17/Kujang I, Danbrigif Linud 17/Kujang I, Asops Kasdam III/Siliwangi, Kasdam Jaya, Waasrenum ABRI, Asrena KSAD, Dansesko ABRI (1998-1999), Wakil Ketua MPR RI Fraksi ABRI, Gubernur Lemhannas RI (2016-2021), sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Dubes LBBP.

Di bidang HAM, Agus pernah menjabat sebagai anggota Komisi Kebenaran dan Persahabatan RI-Timtim yang menangani dugaan pelanggaran HAM Indonesia di Timor Timur. 

Meski terlahir sebagai anak jenderal korban penculikan, Agus juga pernah jadi salah satu penasihat Forum Silaturahmi Anak Bangsa, forum yang didirikan pada 2003 yang mempertemukan anak-anak korban konflik politik 1965. Dia juga penggagas sekaligus Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional membedah Tragedi 1965 yang diadakan melalui Kemenkopolhukam pada 2016.

Agus juga pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Unit Kerja Presiden Pengelolaan Program dan Reformasi (UKP3R) pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama (2004-2009). 

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB
X