Jalan hidup seseorang memang tidak ada yang tahu. Ada kalanya seseorang yang dulunya hidup susah, menjadi sukses di kemudian hari.
Kisah Serda Nurul Aisawa ini barangkali bisa menjadi inspirasi. Ya, sebelum menjadi anggota Korps Wanita Angkata Darat (Kowad), Nurul sudah melalui hidup dengan penuh perjuangan.
Pada mulanya, perempuan asal Jambi ini mencoba ikut seleksi Polwan setamat SMA pada tahun 2014, namun gagal.
"Terus teman saya bilang, 'Kau ikut kowad aja'. Tesnya di Korem, tak tahunya saya gagal juga. Pas saya gagal, saya ngerasa kayaknya saya harus dapetin seragam ini. Makanya saya terus berlatih, dari situ saya cari-cari kerja," katanya, seperti dalam video yang dibagikan akun YouTube TNI AD.
Karena gagal, Nurul lantas memilih bekerja tanpa mengenal gengsi, sembari menunggu pendaftaran kembali dibuka tahun depannya. Dia antara lain bekerja sebagai kuli panggul cabai. Dia bekerja dari malam hingga pagi.
"Saya ikut kawan jualan cabai. dari jam 9 malam sampai jam 8 pagi. Terus kalau misalkan cabenya dikit, sampe jam 2 pagi udah bisa pulang. Dia tu kayak agen gitu. Jadi di bawah tempat kami jualan itu ada pasar. Orang pasar itu ngambil dari kita. Terus kalau orang itu nyuruh antar saya dapat tambahan 5 ribu, itu di luar gaji," katanya.
Nurul bekerja karena tidak mau menyusahkan orangtuanya. Dia berjuang mencari uang sendiri agar ibunya bisa membiayai pengobatan ayahnya yang sakit.
"Saya mikir cari uang sendiri saya gak mau nyusahin mamak saya. Jadi maksudnya uang dari mamak saya biar buat bapak saya aja. Soalnya bapak saya sakit. Jadi uang jajan yang buat saya itu biar disimpan buat bapak saya. Jadi saya untuk makan, bayar motor, buat bensin, itu dari hasil manggul saya," katanya.
Sebagai remaja yang dikenal tomboy, Nurul pun punya keinginan seperti halnya remaja-remaja lain. Waktu itu dia ingin punya sepeda motor. Karena itu, dia bekerja keras agar bisa membeli motor. Di samping bekerja sebagai kuli panggul cabai, dia pun jadi juru parkir. Tak cuma itu, dia juga bekerja mencuci motor bersama abangnya.
"Saya merasa gak cukup sama upah saya. Saya diajak sama abang saya ikut dia jaga parkir. Jam 4 sampai jam 7 malam jaga parkir, saya dapat RP 250 ribu satu malam. Saya dari 2012, sudah bantu abang saya cuci motor. Saya tabung uangnya buat beli motor," kenang Nurul.
Namun, Nurul tetaplah manusia yang mengenal lelah. Apalagi, dia perempuan.
"Karena saya gak tidur, saya berhenti kerja jualan cabe. Terus saya kerja di fotokopian. Saya dipercaya sama yang punya untuk jaga warnetnya juga. Jadi saya dapat gaji dari jaga fotokopian sama jaga warnet. Abis itu pas mau 2015, saya ikut tes lagi yang kedua kalinya," katanya.
Setelah memantapkan niatnya, Nurul pun kembali mendaftar Kowad melalui jalur bintara. Namun saat itu seleksi bintara tidak dibuka di Jambi. Seleksi bintara hanya dibuka untuk jalur talenta dan digelar di Palembang.
Nurul lantas nekat berangkat ke Palembang. Sesampainya di Palembang, dia sempat bingung karena harus melengkapi berkas-berkas. Sementara berkas-berkasnya di Jambi.