Sebuah video berisi puluhan pengiring jenazah rela menyeberangi sungai demi memakamkan jenazah beredar di Ponorogo, Jawa Timur. Bahkan keranda jenazah juga digendong beramai-ramai oleh sekitar 10 orang untuk menyeberangi sungai.
Penyebrangan keranda jenazah tersebut berlokasi di Sungai Seblumbung, yang melewati Lingkungan Menggungan, Kelurahan Kadipaten, Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo.
Jenazah almarhum S (45 tahun) yang meninggal pada Sabtu 26 November 2022, akibat penyakit liver tersebut oleh keluarganya dimakamkan di Makam Gedong yang ada di seberang Barat sungai Seblumbung. Padahal untuk mencapai seberang harus melewati sungai dengan menerjang arus sungai yang saat ini sedang deras-derasnya.
Bahkan dalam video yang viral tersebut, ketinggian air sungai sudah mencapai pinggang orang dewasa. Namun dengan menggotong keranda jenazah secara bersama-sama, warga pun tetap nekat untuk menyeberangi sungai.
Tantangan bukan hanya ketika menyeberangi sungai, namun untuk turun menuju sungai, warga juga harus menapaki jalan setapak yang lumayan curam. Saking curamnya, untuk menuruni sungai harus dibuatkan jalan berundak agar warga tidak tergelincir karena jalan licin akibat lumpur.
Menurut Ketua RT setempat, Ahmad Darori, mengatakan jika peristiwa menggotong keranda melewati Sungai Sublumbung merupakan hal yang biasa. Hal ini karena akses menuju makam Gedong yang paling dekat adalah dengan menyeberangi sungai.
“Jika melewati jalan raya harus memutar sampai 3 km, melewati Desa Cekok. Kan enggak mungkin menggotong keranda sejauh itu,” kata Ahmad.
Sementara jika menyeberang sungai, makam hanya berjarak 200 meter dari bibir sungai. Jika debit air sungai sangat tinggi dan tidak memungkinkan diseberangi manusia, baru kemudian pengiring jenazah memutar melewati Desa Cekok.
Ahmad menerangkan, bukan tanpa alasan warganya nekat memakamkan jenazah meski harus menyeberangi sungai. Padahal saat ini di seberang timur sungai pun sebenarnya sudah ada makam baru untuk warga Kadipaten.
Namun, karena beberapa keluarga terdekat sebelumnya telah dimakamkan di Makam Gedong, maka pihak keluarga pun memakamkan keluarganya yang meninggal juga di Makam Gedong.
Sementara itu, Lurah Kadipaten, Arifian Widarto, menuturkan jika warga sebenarnya sudah pernah membangun jembatan non permanen yang terbuat dari bambu untuk menyeberangi sungai. Namun karena seringnya terjadi banjir besar, akhirnya jembatan tersebut rusak tersapu banjir.
“Dua kali warga membangun jembatan bambu, namun amblas terkena banjir,” tutur Arifian.
Artikel menarik lainnya:
- Bikin Merinding! Ada Kampung di Tengah Makam Cirebon, Warganya Selalu Ingat Ajal
- Mulai Langka! Buah Berangan Punya Segudang Vitamin yang Bermanfaat Bagi Tubuh
- Jejepangan Semarang, Event Anak Muda Surganya Para Cosplay hingga Wibu
- Sekarang Jalan-jalan Keliling Bali Cuma Bayar Rp4 Ribu, Begini Caranya!
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.