Melihat Kampung Besek di Klaten, Masih Eksis Sampai Sekarang

- Jumat, 16 Juni 2023 | 14:55 WIB
Desa Bero, Klaten berjuluk Kampung Besek. (Z Creators/Edelweish Ratushima)
Desa Bero, Klaten berjuluk Kampung Besek. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Di tengah modernitas pemakaian plastik, kearifan lokal warga Desa Bero, Kecamatan Trucuk, Klaten, Jawa Tengah, patut diacungi jempol. Sebagian warga tetap bertahan menjadi perajin besek, meski hasilnya tidak menentu.

Usaha membuat besek ini sudah dilakoni warga secara turun temurun, entah sejak tahun kapan. Beberapa perajin yang ditanya, selalu mengatakan, sejak kecil sudah ada pembuatan besek. 

Bagi yang belum tahu apa itu besek, akan saya jelaskan. Besek adalah suatu wadah berbentuk kotak, yang berasal dari anyaman bambu. Jadi sifatnya lebih ramah lingkungan bila dibandingkan plastik.

Namun masyarakat jaman sekarang, lebih menyukai plastik karena lebih murah dan simpel. Tidak bisa disalahkan juga pilihan tersebut, karena plastik sangat menolong untuk membungkus dan sebagai wadah apapun.

-
Desa Bero, Klaten berjuluk Kampung Besek. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Sebelum merangkai besek, perajin harus membuat 'iradan' dulu yaitu bambu yang dikelupas tipis-tipis memanjang. Untuk membuat 'iradan' dibutuhkan keahlian khusus karena tipisnya harus merata. Setelah 'iradan' siap, para perajin tinggal merangkai menjadi besek sesuai ukuran. Ada yang kecil, sedang maupun besar.

Bagi perajin yang sudah mahir, satu besek bisa diselesaikan lima menit. Dalam sehari, satu perajin rata-rata hanya bisa menghasilkan 30 pasang besek. Perlu diketahui, satu besek itu terdiri dari dua pasang, yaitu wadah dan tutupnya. Berapa harga satu pasang besek? 

"Harga per pasangnya ada yang Rp1.700, Rp1.800 sampai Rp2 ribu," kata Suparmi (70), salah seorang perajin, saat ditemui Z Creators Edelweis Ratushima di rumahnya, Kamis (15/6/2023). 

-
Desa Bero, Klaten berjuluk Kampung Besek. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Suparmi bersama suaminya, Mbah Damar (75), sudah 30 tahun menekuni usaha ini. Dulu diturunkan dari kakeknya Mbah Damar. Suparmi yang bukan asli warga Bero, karena diperistri Mbah Damar, akhirnya bisa mahir membuat besek.

Suparmi mengaku, meski pesanan banyak menjelang Hari Raya Qurban ini, dirinya tetap tidak mampu menyediakan, karena dibuat secara manual.

"Perajin di sini sudah mempunyai konsumen sendiri-sendiri, jadi kalau ada pesanan banyak, tetap tidak bisa menyediakan," kata Suparmi yang mempunyai pelanggan pembeli dari sebuah swalayan.

Penjual sekaligus pengepul besek, Sugiyanto (50), mengaku kalau para pembeli besek biasanya untuk hantaran makanan orang hajatan. Bisa juga pesanan dari rumah makan. Bisa untuk wadah ayam goreng, gudeg, tiwul, ataupun yang lainnya. Selain lebih praktis, juga artistik bernuansa kearifan lokal.

"Menjelang Hari Idul Adha, banyak pengurus masjid yang membeli untuk wadah daging qurban. Ada yang membeli 100 besek, 200 besek, bahkan ada yang 500 besek. Namun kami tidak mempunyai stok terlalu banyak," jelas Sugiyanto.

-
Desa Bero, Klaten berjuluk Kampung Besek. (Z Creators/Edelweish Ratushima)

Untuk membuat besek, bahan bakunya adalah bambu jenis apus karena tebal dan lentur. Sebatang bambu, harganya Rp18 ribu, bisa untuk 30 besek. Setelah dipotong sesuai ukuran, harus dikeringkan terlebih dahulu.

Tidak hanya penghasil besek saja. Warga Desa Bero juga ada yang membuat 'dadung' atau tali dari bambu juga. Biasanya 'dadung' ini untuk mengikat hewan sapi atau kerbau. 

Halaman:

Editor: Z Creators

Tags

Terkini

Ada dari Sumatra, Ini 3 Smart City di Indonesia

Minggu, 28 April 2024 | 11:35 WIB

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB
X