Marco Kartodikromo, Tokoh Pers yang 'Langganan' Masuk Penjara karena Berani Lawan Belanda

- Kamis, 9 Februari 2023 | 10:35 WIB
Marco Kartodikromo, tokoh pers zaman pergerakan yang kerahkan perjuangan melawan hegemoni pemerintah kolonial Belanda. (Wikimedia Commons/Galih Pranata)
Marco Kartodikromo, tokoh pers zaman pergerakan yang kerahkan perjuangan melawan hegemoni pemerintah kolonial Belanda. (Wikimedia Commons/Galih Pranata)

Politik Etis yang dimainkan pemerintahan kolonial Belanda secara tidak langsung membawa dampak positif bagi kaum pribumi. Sejak memasuki abad ke-20, mulai tumbuh kesadaran kritis dan semangat nasionalisme di antara pemuda.

Bersamaan dengan itu, mulai muncul tokoh-tokoh dari kalangan pribumi yang menggairahkan jurnalisme dan membangun semangat nasionalisme lewat pers. Salah satunya ialah Marco Kartodikromo atau yang juga dikenal dengan Mas Marco.

Tokoh pers zaman pergerakan ini tak gencar melawan penjajah kolonial Belanda. Ia banyak menyuarakan kritik dan menyerukan pejuang lewat tulisan.

Dikutip dari skripsi milik alumus Universitas Brawijaya, Tony Firman yang berjudul ‘Marco Kartodikromo: Tokoh Jurnalis Zaman Pergerakan dari Blora (Studi Deskriptif Pemikiran dan Pergerakan Marco Kartodikromo dalam Pers Indonesia Masa Kolonialisme Hindia Belanda),’ Mas Marco melibatkan dirinya dalam pusaran pers dan jurnalisme Hindia Belanda. 

Tulisannya pernah dimuat di berbagai surat kabar yang menggelanggangi jurnalisme pribumi seperti Doenia Bergerak, Sarotomo, Pantjaran Warna, Sinar Hindia, Sinar Djawa, Hidoep dan Habromarkoto.

Tulisan Marco tajam dan kritis menguliti kebobrokan penjajah kolonial. Tulisannya menggunakan bahasa Melayu Rendahan atau Melayu Pasar hingga banyak mengunggah semangat perjuangan.

Kaena itulah pemerintah kolonial Belanda geram hingga menjebloskannya ke penjara beberapa kali.

Tak Gentar Lawan Belada

-
Marco Kartodikromo, tokoh pers yang berjuang lawan Belanda (Wikipedia)

Marco Kartodikromo menoreh sejarah dengan mendirikan organisasi yang mewadahi para jurnalis pribumi, bahkan yang dianggap organisasi pers pertama bernama Inlandsche Journalistenbond (IJB) di Surakarta pada pertengahan 1914.

Setelahnya ia mendirikan surat kabar Doenia Bergerak sebagai corong propaganda dalam menyuarakan aspirasi, melontar kritik dan menggalakkan narasi perlawanan kepada pemerintah Belanda.

Baca juga: Jakob Oetama Tokoh Pers Meninggal Dunia, Ini Pengakuan Sosoknya di Mata Karyawan

Menurut Marco, pemerintah Hindia Belanda dengan segala perangkatnya lebih tepat dikatakan sebagai penghisap. 

Lebih ekstem lagi, dalam surat kabar Sarotomo edisi 10 November 1912, Marco bahkan berani mengakronimkan Welvaart Comisse menjadi “W.C” yang merujuk kepada jamban.

Berkarya di Balik Bui

-
Mas Marco Kartodikromo dan istri di kamp interniran di Tanamerah, Boven Digoel (KITLV)

Marco juga pernah dipenjara karena tak bersedia memberitahukan beberapa penulis rubrik surat kabar Doenia Bergerak yang dianggap telah mengkritik pemerintah Belanda secara radikal.

Menariknya, letupan amarah yang muncul sebagai respon dari pemerintah kolonial tatkala penulis anonim dalam Doenia Bergerak telah menyebarluaskan propaganda persatuan dengan istilah "Pergerakan Nasional."

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Makna dan Kegunaan 7 Sakramen dalam Gereja Katolik

Selasa, 26 Maret 2024 | 08:15 WIB

4 Peran Kerjasama Pendidikan oleh Negara ASEAN

Kamis, 21 Maret 2024 | 18:15 WIB
X