Selain gudeg nangka, Yogyakarta juga punya varian gudeg lainnya yakni yang terbuat dari bunga kelapa atau manggar. Jenis gudeg ini pun terkenal dengan sebutan gudeg manggar. Namun sayang pembuat gudeg manggar enggak sebanyak dahulu. Padahal gudeg manggar sama enaknya. Namun butuh waktu lama untuk membuatnya, yakni lebih dari 2 hari untuk menetralkan kepekatan dari kelapa.
Peluang ini yang kemudian ditangkap oleh Rintania Elliyati Nuryaningsih atau biasa disapa Rintania, untuk memproduksi gudeg manggar yang terkenal gurih, enggak semanis gudeg nangka.
Memang enggak ‘nyambung’ sama background pendidikannya, namun alumnus Teknik Elektro UGM angkatan 1997 ini sudah suka memasak dan mencintai dunia kuliner sejak remaja.
Maka 2019 lalu, Rintania pelan-pelan mendirikan usaha kuliner di rumahnya, di kawasan Glampong, Sleman, Yogyakarta, dekat studio film milik Hanung Bramantyo.
Pandemi membawa berkah
Namun takdir berkata lain, pandemi Covid-19 membuyarkan impiannya. Karena kondisi yang enggak memungkinkan terpaksa pada Maret 2020 proyek pembangunan rumah makannya dihentikan sementara.
Banyak warga kampungnya terdampak pandemi, khususnya yang bekerja di sektor kerajinan, mengusik batin Rintania. Ia pun kemudian memutar otak untuk meringankan beban para tetangga yang kehilangan pekerjaan.
Akhirnya April 2020 Rintania menemukan ide berjualan kuliner secara online. Cita-citanya yang tertunda bisa terwujud, ia juga bisa memberi pekerjaan buat tetangga sekitarnya. Dan lahirlah usaha kulinernya yang ia beri nama ‘Luweng Kayu’.
Rintania mempekerjakan 10 tetangganya untuk membantu usahanya, dari mengolah bahan dasar, pengepakan sampai penjualan. Warga kampung juga ia libatkan sebagai pemasok kebutuhan bahan dasar masakan seperti telor dan daging ayam. Tapi khusus manggar, ia harus mendatangkan dari Bantul, yang ketersediannya melimpah.
“Usaha ini memberikan kebermanfaatan tidak hanya untuk keluarga kami tapi lingkungan di sekitar kami yang saat itu banyak yang terdampak pandemi kehilangan pekerjaan saat ini bisa bekerjasama dengan kami, bekerja dengan kami dan bermitra dengan kami,” kata Rintania.
Punya 200 reseller dari berbagai penjuru Indonesia
Pelan-pelan produk ‘Luweng Kayu’ mulai dikenal banyak orang. Enggak butuh waktu lama gudeg manggarnya mulai dicari orang. Postingan Rintania di media sosial menjaring banyak atensi teman-temannya, sehingga banyak yang tertarik menjadi reseller dengan sistem penjualan dropship.
Sekarang, Rintania sudah punya 200 reseller yang tersebar di berbagai penjuru kota di Indonesia.
Makanya enggak heran kalau gudeg manggar buatan Rintania bukan hanya terjual di Yogyakarta saja, melainkan sampai ke luar kota bahkan luar negeri seperti Hong Kong, Malaysia dan Singapura dalam kemasan frozen.
“Kalau suhu ruang karena gudegnya tidak terlalu manis jadi biasanya gudeg yang manis sekali itu akan tahan lebih dari satu hari. Tapi karena gudeg manggar Luweng Kayu itu tidak terlalu manis jadi tahan di waktu ruang sekitar 12-24 jam, tapi untuk kemasan frozen pack yang dikemas vakum itu untuk pengiriman tahan sampe 2-3 hari dengan pengepakan menggunakan styrofoam,” kata Rintania.
Dalam sekali produksi rumah produksi Rintania bisa menghabiskan sekitar 10-20 kilogram manggar dan mengemas ratusan paket makanan.