Star Syndrome, Terlena dengan Puncak Popularitas Hingga Lupa Diri

- Rabu, 13 November 2019 | 15:38 WIB
photo/Ilustrasi/Unsplash
photo/Ilustrasi/Unsplash

Kemungkinan besar kamu masih bertanya-tanya, apa sih sebenarnya star syndrome itu? Nah, kali ini Indozone akan membahas seputar fenomena star syndrome yang banyak menjerat para figur publik hingga pejabat, atau bahkan bisa dialami oleh orang-orang di sekitar kita.

Mengupas arti katanya, star syndrome adalah kondisi atau gejala ketidaknormalan yang terjadi akibat seseorang merasa terkenal, populer, hebat, memiliki kekuasaan dan sebagainya, hingga akhirnya menjadi lupa diri.

-
photo/Ilustrasi/Unsplash

Kebanyakan orang yang mengalami star syndrome akan merasa puas dan cukup dengan prestasi yang telah dimiliki atau popularitas yang berhasil digapai. Mereka menjadi terlena, akhirnya lupa diri dan malas untuk meningkatkan dan mempertahankan prestasi.

Mantan atlet ski asal Kanada, Steve Podborski mengungkapkan bahwa puncak kesuksesan justru bisa berbahaya. Karena itu, banyak sekali para figur publik, atlet terkenal, dan pejabat yang tanpa sadar mengalami sindrom ini.

"Anda harus mewaspadai star syndrome. Orang-orang mulai mengatakan Anda luar biasa. Lama-kelamaan, Anda merasa itu benar," kata Podborski.

-
photo/Ilustrasi/Unsplash

Disadari atau tidak, orang-orang yang berada di puncak kesuksesan sering dibuat terlena. Nampaknya, popularitas memang hal yang memabukkan. Seseorang bisa mendapat banyak pujian dari sana-sini.

Untuk membuktikan star syndrome ini, dua peneliti dari Universitas Ottawa -Kathy Kreiner Phillips dan Terry Orlick- melakukan riset terhadap 17 atlet juara dunia dari berbagai cabang olahraga. Hasilnya, ditemukan fakta bahwa sebanyak 2/3 dari atlet tersebut akhirnya jatuh atau mengalami kegagalan lagi setelah berjaya.

Alasan jatuhnya popularitas mereka karena beragam alasan. Namun, setidaknya ada dua penyebabnya. Pertama, terlena pada pencapaian diri sendiri dan kedua, besarnya ekspektasi (harapan) dari orang-orang yang menjadi beban tersendiri.

-
Ilustrasi/Twitter/@universaljennie

Ya, orang di luar sana berharap tinggi pada mereka yang punya kedudukan. Mulai dari harapan dari para fans, media massa, publik, hingga sponsor. Tapi hati-hati, karena harapan bisa berbalik menjadi beban. Ketika kemampuan dan skill tinggi seseorang tidak dibarengi dengan prestasi gemilang, maka 'kebintangan' pun meredup, bak senjata makan tuan.

Perlu diingat, star syndrome tidak hanya dialami oleh figur publik, atlet terkenal, artis, atau pun pejabat. Star syndrome bisa dialami siapa saja yang merasa dirinya hebat dan punya banyak penggemar. Akibatnya, orang tersebut akan mendorong dirinya lebih kompetitif. Baginya, segala sesuatu adalah persaingan.

-
photo/Ilustrasi/newyorker.com

Karena itu, benarlah kata petuah yang mengatakan, 'mempertahankan itu lebih sulit daripada meraih'. Seperti halnya popularitas, mungkin meraihnya bisa begitu mudah, namun tidak semua berhasil mempertahankannya. Malah kebanyakan, orang-orang lupa diri dan akhirnya jatuh kembali.

Agar kita terhindar dari star syndrome ini, ada baiknya saling mengingatkan sesama. Selain itu, berusaha untuk tidak pernah berpuas diri, sekali pun pencapaian yang diraih sudah sangat baik. Kemudian, tingkatkan pula kualitas diri dengan terus belajar dari orang-orang di sekitar dan hal-hal baru.

Serta, berhati-hati dalam menanggapi opini publik yang terlalu berlebihan, misalnya sanjungan atau pujian. Jangan terbang hanya karena pujian, jangan tumbang pula karena cacian.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X