Dalam beberapa jam terakhir, beredar video yang menampilkan seorang pria berjanggut membuang sesajen atau sesaji yang diletakkan warga di kaki Gunung Semeru, persisnya di Desa Sumbersari, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Video yang beredar menunjukkan aksi pria tersebut membuang sesajen dengan menggunakan tangan dan kakinya sembari mengucapkan takbir.
Pria tersebut mengenakan sarung, rompi hitam dengan bendera Indonesia menempel di bagian dada sebelah kiri, dan memakai peci hitam.
Sebelum membuang sesajen, pria itu mengatakan kalau persembahan itu dapat mengundang kemurkaan Tuhan dan dia menilai bahwa pendapatnya itu jarang disadari oleh orang-orang.
"Ini yang membuat murka Allah. Jarang sekali disadari bahwa inilah (sesajen) yang justru mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabnya," katanya.
Setelah mengatakan itu, dia pun membuang sesajen berupa sesisir pisang dan makanan lainnya itu sambil mengucap 'Allahu akbar'.
Apa yang dilakukan oleh pria tersebut membuat pegiat media sosial Permadi Arya geram. Permadi berharap pria tersebut segera ditangkap polisi.
"Muslim radikal intoleran aliran ISIS seperti mereka inilah penyebab utama lahirnya islamophobia. jangan salahkan jika ada ketakutan terhadap islam jika kelompok bajingan bergamis macam mereka terus dibiarkan. bantu mention bupati Lumajang pak @thoriqul.haq yuk gaes. mention sebanyak-banyaknya agar bajingan ini diburu aparat," tulisnya.
Benarkah Sesajen Bikin Tuhan Murka?
Soal apakah sesajen dapat membuat Tuhan murka dan mendatangkan azab, itu pada prinsipnya hanyalah keyakinan sebagian kalangan. Begitu pula dengan keyakinan bahwa sesajen dapat menangkal bencana dan membawa rezeki; juga merupakan keyakinan sebagian kalangan.
Sejauh ini belum ada pembuktian empiris mengenai kebenaran dari dua keyakinan tersebut.
Yang jelas, semua agama maupun keyakinan spiritual yang tidak berbentuk agama di dunia, pada dasarnya mengajarkan kebaikan. Tidak ada satupun yang justru mengajarkan keburukan, termasuk kebencian.
Adapun setiap agama dan penganutnya secara umum selalu berpijak pada kebenaran menurut keyakinan masing-masing. Poin itu cukup untuk dijadikan pegangan bahwa keyakinan tidaklah untuk dibentur-benturkan.
Artikel Menarik Lainnya:
- Benarkah Vaksin COVID-19 Dapat Memperlambat Siklus Menstruasi?
- Catat, Ini Syarat dan Kriteria Penerima Vaksin Booster di Indonesia
- Akibat Jika Anak Sering Melihat Konten Spirit Doll, Orangtua Harus Waspada