Tak sedikit orang yang terjebak dalam hubungan tak sehat atau toxic relationship. Namun, tak semua orang bisa keluar dari hubungan tak sehat yang kerap merugikan salah satu pihak.
Dalam hubungan tak sehat, ada kalanya seorang menjadi korban gaslighting, ini termasuk ke dalam kekerasan psikis.
Gaslighting merupakan tindakan manipulasi seseorang dengan memaksa korban untuk mempertanyakan, pikiran, perasaan atau peristiwa yang dialaminya baik itu disengaja atau tidak.
Dilansir Antara, psikolog Rininda Mutia dari Universitas Indonesia mengatakan pelaku gaslight membuat pasangannya atau korbannya menjadi inferior.
Baca juga: Mengenal Gaslighting, Cara Licik Memanipulasi Pikiran Agar Korbannya yang Merasa Bersalah
Pelaku akan membuat korban menjadi kecil, kurang percaya diri dan mempertanyakan pertimbangannya sendiri, persepsi tentang realitanya hingga nilai-nilai yang lama dianut.
Korban gaslight akan dibuat bertanya-tanya tentang pikiran dan nilai-nilai yang dia pegang selama ini apakah benar atau salah.
Pelaku gaslighting, akan memanipulasi keadaan dan membuat seseorang yang menjadi korban merasa bersalah.
"Misalnya pelaku gaslight ini selingkuh. Kemudian dia akan bilang ke pasangannya bahwa 'aku tuh selingkuh juga karena kamu. Karena kamu enggak perhatian sama aku, makanya aku selingkuh, jadi kamu yang salah,'" jelas Mutia, dikutip dari Antara.
Padahal, perilaku selingkuh sudah jelas salah, tapi pelaku gaslight tidak mengakui bahwa dirinya salah, mereka bahkan membuat pasangan mereka merasa bersalah.
Tak jarang pula, korban gaslight akan menyalahkan dirinya sendiri dan menanggung kesalahan yang bukan dilakukan olehnya.
Padahal, selingkuh berhubungan dengan kontrol diri seseorang. Bila merasa tidak diperhatikan, dia bisa secara baik-baik membicarakan itu dengan pasangannya, bukan mencari solusi dengan berselingkuh.
Jika kamu jadi korban gaslight, cara yang bisa kamu lakukan ialah jangan mudah memutuskan menjalin hubungan dengan seseorang jika belum mengenalnya dengan baik.
