Pandemi Covid-19 yang melanda dunia, justru membawa berkah bagi para perajin mebel di Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Para perajin ini kebanjiran order peti mati rotan, yang diekspor ke Eropa. Karena tingkat kematian di negara-negara Eropa mencapai 60 persen!
Di rumah produksi milik Surti misalnya, setiap hari lebih dari 10 perajinnya membuat peti mati dari rotan dan eceng gondok. Saking banyaknya pesanan, para perajin sampai kewalahan, karena peti mati harus dibuat secara handmade satu persatu tanpa mesin.
Enggak jarang, Surti harus membagi orderan ke rumah produksi lain supaya pesanan pelanggan tetap terpenuhi.
Menurut Surti, peti mati rotan banyak diminati pasar Eropa karena ramah lingkungan, akan hancur lebih cepat di tanah atau terbakar saat kremasi. Satu buah peti biasanya dijual Rp2 juta-Rp3 juta tergantung desain dan ukuran. Dalam sebulan, Surti bisa kantongi omzet Rp50 juta-Rp75 juta dari usahanya ini.
Sebelum kebanjiran order seperti sekarang, sebenarnya para pelaku usaha mebel dan UMKM di Desa Trangsan, terancam gulung tikar. Sebab, ekonomi para pembeli atau buyer di Eropa dan Amerika Serikat, juga terdampak pandemi Covid-19.
Setelah putar otak, akhirnya pelaku usaha mebel banting setir memproduksi peti mati rotan, yang ternyata menjanjikan sampai sekarang. Peti mati rotan produksi warga Sukoharjo ini sudah diekspor sampai ke Jerman, Belanda, Spanyol, Italia dan Inggris.
Berkat ide kreatif, pembuatan peti mati dari bahan alami ini akhirnya banyak menolong puluhan hingga ratusan perajin, untuk tetap berproduksi.
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join IDZ Creators dengan klik di sini