Merapi Tak Pernah Ingkar Janji, Kenapa Istilah Itu Begitu Melegenda? 

- Senin, 22 Juni 2020 | 14:38 WIB
Gunung Merapi (TRT World)
Gunung Merapi (TRT World)

Istilah Merapi Tak Pernah Ingkar Janji tampaknya jadi satu ungkapan yang melegenda di masyarakat. Bagaimana asal usulnya? 

Setelah ditelusuri, ungkapan tersebut merupakan plesetan dari film era 80-an yang berjudul "Merpati Tak Pernah Ingkar Janji" dan dibintangi Adi Bing Slamet dan Paramitha Rusady. 

Ungkapan Merapi Tak Pernah Ingkar Janji diketahui menggambarkan kondisi gunung Merapi yang terus bergejolak di setiap periode dan dimulai sejak abad 16 kegiatan Merapi mulai kontinyu. Dalam sejarahnya proses letusan Gunung Merapi melewati beberapa siklus. 

Siklus pendek letusan terjadi setiap 2 sampai 5 tahun. Siklus menengah tercatat terjadi setiap 5 hingga 7 tahun dan siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat lebih dari 30 tahun, bahkan siklus terpanjang pernah mencapai 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 dan 1658. 

Di setiap aktivitasnya, Gunung Merapi banyak memakan korban. Di antaranya letusan tahun 1672 dengan korban meninggal 3.000 orang, letusan tahun 1872 meninggal 200 orang, letusan 1930 korban meninggal 1.369 orang, letusan 1994 meninggal 66 orang dan letusan 2006 korban meninggal satu orang Letusan 2010 meletus Selasa 26 Oktober 2010 memakan korban meninggal 26 orang termasuk Mbah Maridjan, sang juru kunci.

-
ilustrasi Gunung Merapi (Reuters)

Pada 1894 teknologi pengamatan gunung api berkemban pesat. Sinyal dapat dikirim melalui pemancar radio, maka sejak saat itu gejala awal letusan lebih akurat karena semua sensor dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat aktivitas gunung tergantung kekuatan pemancar yang digunakan. 

Selain karena aktivitasnya yang periodik, karakter letusan gunung Merapi juga cukup ikonik dan disebut sebagai gunung tipe Merapi. Tipe ini mencirikan munculnya awan panas atau istilah lokalnya wedhus gembel. 

Terbentuknya awan panas itu dibedakan atas dua macam, yakni awan panas letusan dan awan panas guguran. Kejadiannya adalah kubah lava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena posisinya terdesak oleh magma dari dalam sehingga runtuh yang diikuti oleh mengalirnya lava pijar. 

-
Wedhus gembel di gunung Merapi (Reuters)

Dalam volume yang besar maka akan berubah menjadi awan panas guguran yang berisi campuran material berukuran debu hingga blok yang bersuhu lebih dari 700 derajat Celcius dan bisa meluncur dengan kecepatan 100 Km/jam. 

Tak cukup sampai di situ, kemajuan teknologi informasi serta media pada tahun 2000 turut meramaikan suasana aktivitas letusan Gunung Merapi. Keberadaan media menginformasikan secara detil kondisi letusan, kepanikan, korban hingga naiknya nama Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi yang ditugaskan oleh Sultan Hamengku Buwono IX. 

Mbah Maridjan secara otodidak memahami aktivitas Gunung Merapi melalui seluruh panca inderanya hingga disebut memiliki chemistry. Media besar-besaran mengeksplorasi kelebihan yang dimiliki Mbah Maridjan sehingga pada letusan 2006 dan penduduk sebagian besar sudah dievakuasi, namun Mbah Maridjan enggan mengungsi. 

Ternyata letusan 2006 itu tidak mengenai Mbah Maridjan. Ternyata pada 2010 letusan terjadi lagi, prediksi Mbah Maridjan meleset, ia menjadi korban wedhus gembel bersama lebih dari puluhan orang lain yang tidak ikut mengungsi, padahal tim evakuasi sudah memperingatkan akan terjadinya lintasan awan panas di desa Kinah Rejo. 

Meninggalnya Mbah Maridjan ini telah menginspirasi sejumlah ahli dari Institute Teknologi 10 November Surabaya untuk mempelajari apa yang dikeluarkan Gunung Merapi yang bisa ditangkap Mbah Maridjan dan sensor apa yang ada dalam tubuh Mbah Maridjan yang bisa menangkap gejala Gunung Merapi. Mungkin ke depannya bakal ada alat deteksi baru yang lebih akurat. 

Proses dan cerita di balik letusan demi letusan inilah yang semakin menguatkan ungkapan Merapi Tak Pernah Ingkar Janji. 

Halaman:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

Kemnaker Luncurkan Program K3 Nasional 2024-2029

Kamis, 25 April 2024 | 21:56 WIB

3 Ayat Alkitab Tentang Masa Depan

Selasa, 16 April 2024 | 17:00 WIB
X