Sederet Fakta Tentang Jurassic Park di Pulau Rinca yang Kontroversial

- Selasa, 27 Oktober 2020 | 16:30 WIB
Ilustrasi komodo. (Pexels/Dimitri Dim)
Ilustrasi komodo. (Pexels/Dimitri Dim)

Beberapa hari ini dunia maya dihebohkan dengan viralnya gambar seekor komodo yang menghadang sebuah truk. Usut punya usut, ternyata itu adalah gambaran yang sedang terjadi di Pulau Rinca, Taman Nasional Komodo, NTT akibat proses pembangunan taman yang disebut serupa dengan Jurassic Park.

Hal ini pun menuai kontroversi di media sosial. Bahkan beberapa hari terakhir tagar #savekomodo menjadi trending topic.

Berikut sederet fakta tentang pembangunan Jurassic Park yang dihimpun Indozone dari berbagai sumber.

1. Akan Dijadikan Destinasi Wisata Premium

Menggandeng investro swasta, Pulau Rinca di Taman Nasional Komodo akan dijadikan sebagai destinasi wisata premium oleh pemerintah.

-
Ilustrasi Pulau Komodo. (ANTARA)

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan tujuan dari konsep ini adalah untuk mempromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitarnya dengan mengembangkan potensi yang ada dengan cara berkelanjutan.

2. Anggaran Rp69,9 Miliar

Dana yang dianggarkan untuk project destinasi wisata premium ini adalah sebesar Rp69,9 miliar. Rencananya, akan ada bangunan pusat informasi, sentra suvenir, kafe, hingga toilet publik di Pulau Rinca.

Selain itu, ada pula spot untuk selfie, klinik, ruang terbuka publik, gudang, area trekking, juga penginapan untuk peneliti.

 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Dapat kiriman foto tentang situasi pembangunan “jurassic park” ini dr seorang teman.? Komodo “hadang” Truck pembangunan Jurassic Park di Rinca. ? ? Ini benar-benar “gila”, tak pernah dibayangkan sebelumnya bisa terjadi. ? ? Truk masuk ke dalam kawasan konservasi yang dijaga ketat selama puluhan tahun dan telah secara sistematik meminggirkan masyarakat dari akses terhadap pembangunan yg layak demi konservasi. ? ? Ini barangkali truk pertama yang masuk ke dalam kawasan konservasi komodo sejak komodo menjadi perhatian dunia tahun 1912.? ? Dengan santuy, orang menyaksikan dari atas truk, tanpa mereka menyadari bahwa kawasan ini telah melewati sejarah yang sangat panjang dan melibatkan narasi-narasi pengorbanan dari berbagai pihak. ? ? Semua cara untuk menentang rencana ini sudah dilakukan dan dilakukan secara terhomat sebagaimana pemuja rejim ini kehendaki baik di jalanan maupun di kantor-kantor pemerintahan, namun nyatanya memang tidak didengarkan. ? ? Pembangunan ini berawal dari kunjungan presiden Jokowi pada Juli 2019. Dalam kunjungan itu, ia mengumumkan rencana pembangunan tersebut. KLHK yang menjadi pengelolah TNK, hanya “nurut” saja kemauan presiden. ? ? Padahal tahun sebelumnya, beramai-ramai orang membongkar pengaplingan PT. Segara Komodo Lestari, milik David Makes (adiknya, Josua Makes, pemilik plataran komodo) di kawasan yang sama dan KLHK berkomitmen meninjau kembali ijin pembangunan dalam kawasan. ? ? Saya sendiri skeptis apakah pembangunan ini benar-benar suatu keputusan yang terencana atau rencana yang impulsif karena momentum saja. Jokowi sendiri mungkin tak banyak paham tentang konservasi komodo jika hanya mengandalkan satu-dua kali kunjungan saja. ? ? Dalam kunjungan kedua itu, kita mudah melihat siapa yang memfasilitasi Jokowi saat itu (bdk, kapal, tempat nginap, dan orang-orang yang mendampingi). ? Presiden yang terobsesi dengan investasi apalagi yg menjual “kesejahteraan” masyarakat, tentu sangat antusias dg rencana itu. Padahal konsekuensinya banyak.? ? Melihat foto ini, dalih zona pemanfaatan hanyalah alibi semata. tahapan proses pembangunan ini saja, sdh jelas mengabaikan prinsip konservasi, apalagi bangunan dan model pengelolaan.

Sebuah kiriman dibagikan oleh gregorius afioma (@gregoriusafioma) pada

 

3. Pembangunan Elevated Deck

Dalam project ini juga akan dibangun elevated deck yang akan digunakan sebagai akses penghubung dermaga, pusat informasi, serta penginapan ranger, guide dan peneliti. Elevated deck dirancang setinggi 2 meter agar tidak mengganggu aktivitas komodo dan hewan lain yang melintas serta melindungi keselamatan pengunjung.

4. Tuai Kontroversi

Meski pemerintah menyebut project ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi penduduk sekitar, namun project ini menuai kontroversi dari warganet. Pembangunan itu dianggap dapat merusak habitat asli komodo yang dilindungi.

-
Seekor Komodo menghadang truk. (Istimewa)

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

7 Tips Memilih Hotel untuk Liburan Bersama Keluarga

Minggu, 14 April 2024 | 13:10 WIB
X