Sony mulai meniadakan kamera model DSLR-nya secara bertahap dan lebih fokus membuat kamera mirrorless. Langkah ini bisa jadi menandai akhir dari era keemasan DSLR.
Mulanya, kamera analog memanfaatkan cermin refleks internal untuk mengambil foto. Teknologi kemudian beralih ke media digital, namun tetap menggunakan sistem cermin.
Yang berubah hanyalah film berubah menjadi digital dan sistem cermin yang otomatis. Namun, mirrorless menabrak dua aturan pendahulunya.
Mirrorless tidak menggunakan cermin/pentapirsma. Mirrorless bekerja dengan cara cahaya yang masuk langsung diterima sensor tanpa dipantulkan cermin dan ditampilkan di viewfinder electronic.
Bisa jadi, langkah Sony yang fokus mengembangkan mirrorless adalah untuk mencari ceruk bisnis baru di tengah hegemoni Canon dan Nikon yang menguasai pasar DSLR.
Saat teknologinya semakin matang, upaya Sony menunjukkan kepada industri bahwa cermin refleks adalah sejarah. Dan dengan perubahan itu, datanglah peningkatan kekayaan kamera Sony.
Satu keuntungan besar dari kamera mirrorless adalah autofokus yang lebih baik karena sensor gambar bekerja sepanjang waktu dan terhubung ke prosesor yang semakin canggih.
Kamera mirrorless juga dapat memotret secara diam-diam dengan menggunakan rana elektronik. Jendela bidik elektroniknya dapat memperkuat cahaya redup sehingga kamu tetap dapat mengawasi fokus dan komposisi bahkan saat gelap.
Dan kamera mirrorless dapat mengambil foto resolusi penuh dengan sangat cepat. Alpha 1 top-end Sony bisa merekam 30 frame per detik.
Beberapa tahun yang lalu, memotret lebih dari 6 bingkai per detik adalah sebuah pencapaian.
Memang, kamera mirrorless tidak sempurna. Baterainya lebih boros dan pemandangan di viewfinder dapat memperlambat realitas.
Aneh rasanya membayangkan kamera tanpa cermin, seperti halnya kereta tanpa kuda. Namun, kini kereta memang bisa tanpa kuda, dan itu jugalah yang sedang ditempuh mirrorless.
