Mungkinkah Warga Sudan Sambut Liga Sepak Bola Perempuan Pertama?

- Senin, 28 Oktober 2019 | 13:02 WIB
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Pekan ini, Sudan baru meluncurkan sebuah tim sepak bola perempuan pertama. Salah seorang wanita yang masuk dalam daftar pemain Tim Liga Sepak Bola Perempuan di Sudan ialah Marilyn Zakarya. Gadis yang kini berusia 21 tahun itu berasal dari Sudan Selatan. Ia sengaja datang dari daerahnya untuk mewujudkan cita-cita di Khartoum.

-
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Namun, ia sempat merasa khawatir dengan reaksi yang akan diberikan warga Sudan padanya. Apakah warga Sudan yang konservatif bisa menyambut kehadiran sepak bola perempuan setelah dilarang selama bertahun-tahun.

Sejak kecil, Marilyn memang suka bermain bola. Ia bahkan rela meninggalkan keluarganya agar bisa bermain di Sudan. Marilyn mengatakan bahwa ia pernah bermain di Wau, negara bagian Bahr Ghazal. Ia kemudian datang ke Khartoum dan bergabung dengan tim Tahadi dengan pelatih Sara Edward. Namun sebelum liga itu dimulai, Marilyn sempat mengalami masalah di sekolahnya hingga ia harus berhenti bermain dan pindah dari tim Tahadi ke tim Kornk.

-
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Hadirnya Tim Liga Sepak Bola Perempuan di Sudan ini membutuhkan waktu hingga tiga puluh tahun. Ini karena banyaknya hambatan dan keberatan untuk meluncurkan liga perempuan, yang disponspori oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Sudan.

-
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Menjadi pemain di Tim Liga pertama perempuan di Sudan, bukanlah hal yang mudah bagi Marilyn. Marilyn mengatakan ia kerap mendapat penghinaan dari orang-orang saat ia memakai seragam sepak bola di muka umum. Tak hanya itu, rambut pendeknya pun tak luput dari komentar publik.

"Salah satu kesulitan yang selalu saya hadapi adalah karena saya sangat suka mengenakan pakaian sepakbola untuk mengikuti latihan," ujar Marilyn. "Lalu orang akan mem-bully saya dengan mengatakan apakah saya laki-laki atau perempuan, dan mengapa saya berpenampilan seperti ini, mengapa saya kelihatan maskulin. Mereka juga mengatakan laki-laki saja tidak dapat memenangkan pertandingan, apalagi perempuan," ucap Marilyn.

-
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Tak hanya di publik, kecaman ini juga beredar di media sosial. Politisi Ehssan Fagiri menilai bahwa hal ini terjadi karena pembatasan hak-hak perempuan yang dilakukan begitu lama oleh pemerintah Islamis mantan presiden Omar Al Bashir.

Fagiri menjelaskan ini karena ketika pemerintah berkuasa, maka mereka membuat kaum perempuan sesuai dengan target undang-undang yang ada, dan aturan hukum yang membuat perempuan berada di rumah saja.

-
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

 

"Saya kira ini bukan soal liga sepakbola ini tidak diterima, tetapi lebih sebagai akumulasi kebudayaan sosial selama 30 tahun. Kita harus mengubahnya," ujarnya.

Karena munculnya kekhawatiran akan terjadi kekacauan dalam pertandingan sepak bola, membuat polisi anti huru-hara berjaga selama pertandingan berlangsung. Namun, pelatih nasional, Alaa Mahmoud, mengatakan pertandingan itu berlangsung tanpa masalah apapun.

-
REUTERS/Mohamed Nureldin Abdallah

Alaa mengatakan bahwa ia tidak mengira jika kedua tim laki-laki dan perempuan akan mengikuti pertandingan ini. Tapi nyatanya, itulah yang terjadi dan semuanya berjalan lancar. Ia berharap pertandingan ini dapat berjalan lancar seperti saat dimulai dan dapat membentuk tim nasional untuk mewakili Sudan di seluruh dunia.

Marilyn mengungkapkan bahwa hobinya bermain sepak bola didukung sepenuhnya oleh sang ibu. Ia juga mencoba untuk meyakinkan ayahnya agar memberinya izin untuk pergi ke Khartoum. Marilyn berharap  pasca revolusi Sudan, orang akan mengubah pikiran mereka tentang apa yang boleh dilakukan perempuan dan apakah akan ikut bersorak-sorai ketika perempuan bermain sepak bola
 

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Performa Bapuk MU Bikin Casemiro Susah Tidur

Selasa, 9 April 2024 | 14:45 WIB
X