Lanjutkan Keahlian Para Leluhur, Tenun Manggarai Barat Butuh Regenerasi Kaum Muda

- Selasa, 15 Juni 2021 | 11:01 WIB
Pembeli memilih kain tenun di salah satu gerai oleh-oleh di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/6/2021). (ANTARA/Sugiharto Purnama)
Pembeli memilih kain tenun di salah satu gerai oleh-oleh di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Minggu (13/6/2021). (ANTARA/Sugiharto Purnama)

Industri rumahan tenun khas Manggarai Barat yang berkembang di Nusa Tenggara Timur (NTT) membutuhkan regenerasi kaum muda. Hal tersebut agar bisa melanjutkan keahlian yang diwariskan para leluhur mereka.

"Harapan kami bukan tentang bisnis tetapi bagaimana mempertahankan tenun karena usia perajin 35-60 tahun, belum ada regenerasi," kata perajin tenun Hironimus Viktoriamus Jenamu di Lembor Selatan, Manggarai Barat, NTT,  Selasa (05/06), seperti dilansir Antara.

Penetapan ibu kota Kabupaten Manggarai Barat yakni Labuan Bajo sebagai destinasi super prioritas dan premium menumbuhkan industri properti, restoran, dan wisata membuat generasi muda beralih profesi ke sektor tersebut.

Selain butuh penenun muda, perajin juga mendapatkan tantangan adanya persaingan dengan produk tenun pewarna tekstil.

Tenun Manggarai Barat memakai pewarna alam yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan, sehingga harganya cenderung mahal ketimbang tenun pewarna tekstil.

Diketahui, terkiat kisaran harga kain tenun pewarna alam dibanderol Rp1,5 juta per lembar ukuran panjang empat meter dengan lebar 75 sentimeter, sedangkan tenun pewarna sintetis dihargai Rp500 ribu per lembar kain.

Segmentasi pasar yang spesifik menyasar kalangan menengah ke atas membuat perajin tenun Manggarai Barat harus berjuang untuk memasarkan produk wastra mereka.

Metode penjualan digital melalui media sosial dan market place menjadi pilihan perajin di tengah penurunan daya beli konsumen ke gerai akibat pandemi COVID-19.

Sementara itu, akses internet yang memadai hanya terletak di Labuan Bajo. Akses internet di luar daerah itu masih jadi tantangan bagi industri lokal.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Kelompok Usaha Unitas (Akunitas) Manggarai Barat Maria Srikandi mengatakan saat ini hanya ada tiga kelompok tenun dengan jumlah 10-15 orang per kelompok.

Dia menjelaskan bahwa usaha tenun masih belum menjadi pekerjaan utama warga di Manggarai Barat sehingga dari sisi produksi masih terbatas. Meski demikian, pihaknya terus berupaya menumbuhkan semangat para perajin untuk terus mempertahankan usaha tenun mereka.

"Ini masih menjadi pekerjaan sampingan hanya beberapa orang saja yang fokus mengerjakan tenun," kata Maria.

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

Berawal Saling Tatap, ODGJ Bacok Tetangga di Kepala

Selasa, 23 April 2024 | 19:30 WIB
X