Pesawat Presiden Dicat Ulang, Demokrat: Pemerintah Tak Punya Empati, Malah Sibuk Bersolek

- Rabu, 4 Agustus 2021 | 13:59 WIB
Pesawat Kepresidenan Indonesia (istimewa)
Pesawat Kepresidenan Indonesia (istimewa)

Partai Demokrat menegaskan kritik yang dilayangkan pihaknya terhadap pengecatan ulang pesawat Kepresidenan bukan karena berubah dari warna biru langit-putih menjadi merah-putih.

Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan, pihaknya mengkiritik bukan pada persoalan dirubahnya warna biru menjadi warna merah, bukan juga persoalan politik warna atau warna sebagai identitas politik.

"Kritiknya jauh lebih subtantif dimana situasi objektif bangsa kita sedang prihatin akibat terpaan badai pandemi covid-19 yang tak berkesudahan malah terus melonjak di satu sisi dan keterbatasan anggaran di sisi lainnya, namun pemerintah malah lebih memperhatikan dandanan atau sibuk bersolek," kata Kamhar kepada Indozone, Rabu (4/8/2021).

"Sungguh tak punya sensitifitas dan empati dalam menilai situasi dan tak punya kebijaksanaan dalam mengalokasikan anggaran," imbuh dia.

Dia memandang pemerintah buta mata dan buta hati, pasalnya tak melihat situasi hingga kondisi sekarang ini. Apalagi jikaargumentasinya bahwa perubahan warna ini telah direncanakan sejak jauh-jauh hari sejak 2019, semakin menunjukan ketidakpekaan untuk memahami bahwa negara kita tengah mengalami krisis.

"Buta mata dan buta hati. Apalagi jika argumentasinya bahwa perubahan warna ini telah direncanakan sejak jauh-jauh hari, sejak 2019. Semakin menunjukan kebodohan dan ketidakpekaan untuk memahami bahwa negara kita tengah mengalami krisis," ungkap Kamhar.

Sejatinya menueut Kamhar, dalam situasi krisis, manajemen dan pengelolaan pemerintahan mesti disesuaikan termasuk dalam mekanisme pengalokasian dan penggunaan anggaran yang telah direspon melalui UU No. 2 Tahun 2020, di mana otoritas anggaran sepenuhnya oleh eksekutif agar lebih cepat dalam mengkonsolidasikan sumberdaya keuangan dalam mengatasi krisis kesehatan dan krisis ekonomi.

Namun amat disayangkan, Kamhar mengatakan yang dipertontonkan sungguh berbeda, malah mengalokasikan anggaran untuk pengecatan pesawat yang sama sekali tak ada pentingnya malah tak berhubungan sama sekali dengan upaya mengatasi krisis kesehatan dan krisis ekonomi.

"Memaksakan tetap menjalankan program yang disusun diwaktu normal dalam situasi krisis adalah bentuk kebodohan yang nyata. Kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosionalnya patut dipertanyakan," jelasnya.

Mengenai alasan pesawat kepresidenan dicat ulang lantaran bersamaan dengan service, menurutnya hal ini tidaklah juga tepat.

"Miris, ini narasi nir nalar yang tak mampu menentukan skala prioritas. Mana yang sifatnya penting, mendesak, penting dan mendesak, dan mana yang bisa ditunda, atau dibatalkan. Ini ciri-ciri orang yang gagal fokus," tutup Kamhar.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Fahmy Fotaleno

Tags

Rekomendasi

Terkini

Gempa 5,3 Magnitudo Guncang Gorontalo Dini Hari

Kamis, 25 April 2024 | 14:57 WIB
X