Beredar Karcis Komersial di Taman Nasional Komodo Rp1 Juta Usai Foto Komodo Vs Truk Viral

- Senin, 26 Oktober 2020 | 14:23 WIB
Kolase foto-foto di Pulau Rinca menunjukkan terancamnya satwa komodo. (Instagram Gregoriusafioma)
Kolase foto-foto di Pulau Rinca menunjukkan terancamnya satwa komodo. (Instagram Gregoriusafioma)

Kondisi terkini Pulau Rinca, salah satu kawasan Taman Nasional Komodo di NTT terus menuai sorotan sejak foto "komodo hadang truk" viral di media sosial.

Adalah Gregorius Afioma yang tak henti-henti menyuarakan kritik kepada pemerintah terkait ambisi pembangunan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Super Prioritas Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), atau lebih dikenal dengan julukan satire 'Jurassic Park'.

Teranyar, Gregorius membagikan kolase video di mana truk proyek sedang berjalan, didempetkan dengan video plang bertuliskan 'please keep silent' di lokasi pelestarian komodo di Loh Liang, Pulau Komodo.

Kolase video itu tak ayal menciptakan ironi yang memprihatinkan. Di satu sisi, kawasan Taman Nasional Komodo dibuat untuk melindungi komodo yang merupakan satwa langka dan dilindungi. Di sisi lain, kawasan itu malah dijadikan lahan untuk proyek.

"Sebenarnya, KLHK selaku pemegang otoritas atas kawasan konservasi, tidak perlu dikritisi oleh masyarakat luas, tetapi oleh diri sendiri dan masa lalu. KLHK yang meng-“install” paham dan praktik konservasi kepada masyarakat dalam kawasan dan pelaku wisata selama bertahun-tahun, bahkan juga melibatkan proses kekerasan. Sekarang, KLHK lagi yang terdepan memberikan ijin investasi dalam kawasan konservasi dan juga pembangunan mega proyek jurassik park," tulis Gregorius.

"Video bertuliskan “please keep silent!” yang saya ambil di Loh Liang, Pulau Komodo beberapa minggu lalu adalah juga contoh paling vulgar menggambarkan kontradiksi tersebut. Plang tersebut tentu saja ditanam oleh KLHK. Artinya, suara sekalipun pun, diperhitungkan secara hati-hati dalam kawasan," lanjutnya.

Selain itu, Gregorius juga membagikan foto karcis snapshot film komersial handycam yang tarifnya Rp1 juta untuk satu paket kegiatan.

"Videografer yg biasa dokumentasi dlm kawasan, tentu paham dengan ini. Karena mempertimbangkan area konservasi, drone saja tidak bisa terbang sembarangan dan dikenai biaya 1 juta rupiah. Dalam kenyataanya, pada rentang waktu yg bersamaan, kita menyaksikan “damn” truck, eksavator dan tongkang ada di dalam kawasan. Beberapa minggu sebelumnya, helikopter beberapa kali mendarat di Pulau Padar," kecam Gregorius.

"Prinsip kehati-hatian mana yang dimaksud? Berapa harga yang mesti dibayar mesin helikopter, eksavator, dan truk? Atau bayarannya dimasa depan? Saran saya, sebelum bawa truk dan eksavator ke dalam kawasan, cabut dulu plang-plang itu. Kita saja malu lihatnya!" katanya menambahkan.

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Beberapa tanggapan cenderung membela diri daripada menyadari bahwa kita sebenarnya sama-sama memikirkan masa depan kawasan konservasi. Kementerian PUPR dan KLHK bersikukuh bahwa pembangunan jurassic park telah melibatkan prinsip kehati-hatian dan pertimbangan keberlanjutan komodo. Sebenarnya, KLHK selaku pemegang otoritas atas kawasan konservasi, tidak perlu dikritisi oleh masyarakat luas, tetapi oleh diri sendiri dan masa lalu. KLHK yang meng-“install” paham dan praktik konservasi kepada masyarakat dalam kawasan dan pelaku wisata selama bertahun-tahun, bahkan juga melibatkan proses kekerasan. Sekarang, KLHK lagi yang terdepan memberikan ijin investasi dalam kawasan konservasi dan juga pembangunan mega proyek jurassik park. Video bertuliskan “please keep silent!” yang saya ambil di Loh Liang, Pulau Komodo beberapa minggu lalu adalah juga contoh paling vulgar menggambarkan kontradiksi tersebut. Plang tersebut tentu saja ditanam oleh KLHK. Artinya, suara sekalipun pun, diperhitungkan secara hati-hati dalam kawasan. Videografer yg biasa dokumentasi dlm kawasan, tentu paham dengan ini. Karena mempertimbangkan area konservasi, drone saja tidak bisa terbang sembarangan dan dikenai biaya 1 juta rupiah. Dalam kenyataanya, pada rentang waktu yg bersamaan, kita menyaksikan “damn” truck, eksavator dan tongkang ada di dalam kawasan. Beberapa minggu sebelumnya, helikopter beberapa kali mendarat di Pulau Padar. Prinsip kehati-hatian mana yang dimaksud? Berapa harga yang mesti dibayar mesin helikopter, eksavator, dan truk? Atau bayarannya dimasa depan? Saran saya, sebelum bawa truk dan eksavator ke dalam kawasan, cabut dulu plang-plang itu. Kita saja malu lihatnya! #savekomodo

A post shared by gregorius afioma (@gregoriusafioma) on

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Rekomendasi

Terkini

X