Patung Soeharto Diminta Dibongkar oleh Azmyn Nasution, Katanya Demi Ketenangan Lahir Batin

- Senin, 27 September 2021 | 18:50 WIB
Patung Soehato (tengah), Sarwo Ehie (kiri), dan AH Nasution (kanan) di Museum Kostrad. (YouTube)
Patung Soehato (tengah), Sarwo Ehie (kiri), dan AH Nasution (kanan) di Museum Kostrad. (YouTube)

Kepala Penerangan Kostrad Kolonel Inf Haryantana membantah pihaknya menghilangkan ataupun membongkar patung tokoh-tokoh sejarah yang terlibat dalam penumpasan Gerakan 30 September 1965 (G30S) yang sebelumnya dipajang di Museum Darma Bhakti di Markas Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di Gambir, Jakarta Pusat.

Seperti diketahui, patung-patung yang dibongkar adalah patung Presiden kedua RI Jenderal Soeharto, patung Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo, dan patung Jenderal AH Nasution.

Selain itu, tujuh diorama tokoh revolusi juga turut dibongkar.

"Tidak benar Kostrad mempunyai ide untuk membongkar patung Pak Harto, Pak Sarwo Edhie, dan Pak Nasution yang ada dalam ruang kerja Pak Harto di Museum Dharma Bhakti di Markas Kostrad," ujar Kolonel Infanteri Haryantana dalam keterangan pers tertulis, Senin (27/9/2021).

Menurut Kolonel Inf Haryantana, pembongkaran patung-patung tersebut merupakan permintaan dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution, yang merupakan penggagas pembuatan patung-patung tersebut.

-
Patung Soehato (tengah), Sarwo Ehie (kiri), dan AH Nasution (kanan) di Museum Kostrad. (YouTube)

Pembuatan patung itu dilakukan ketika Jenderal TNI (Purn) Azmyn Yusri Nasution menjabat sebagai Pangkostrad, pada 9 Agustus 2011 hingga 13 Maret 2012.

Azmyn Yusri Nasution, kata Haryantana, telah menyampaikan keinginannya itu kepada Letjen Dudung Abdurachman. Alasannya disebut-sebut untuk ketenangan lahir dan batin. 

"Letnan Jenderal TNI (Purn.) Azmyn Yusri Nasution meminta patung-patung yang telah dibuatnya untuk dibongkar demi ketenangan lahir dan batin, sehingga pihak Kostrad mempersilahkan," jelas Haryantana.

Seperti diberitakan sebelumnya, kabar hilangnya patung-patung tersebut mencuat setelah disampaikan oleh Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo saat menjadi pembicara dalam webinar bertajuk 'TNI Vs PKI' pada Minggu (26/9/2021).

Gatot mengaitkan hilangnya patung tokoh-tokoh penumpasan G30 S itu dengan eksistensi Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menurut Gatot, keberadaan komunisme di Indonesia bahkan menyusup ke tubuh TNI. 

"Bukti nyata jurang kehancuran itu adalah persis di depan mata. Baru saja terjadi adalah Museum Kostrad, betapa diorama yang ada di Makostrad, dalam Makostrad ada bangunan, bangunan itu adalah kantor tempatnya Pak Harto (Soeharto) dulu, di situ direncanakan gimana mengatasi pemberontakan G30SPKI di mana Pak Harto sedang memberikan petunjuk ke Pak Sarwo Edhie sebagai Komandan Resimen Parako dibantu oleh KKO. Ini tunjukkan bahwa mau tidak mau kita harus akui, dalam menghadapi pemberontakan G30SPKI, peran Kostrad, peran sosok Soeharto, peran Kopassus yang dulu Resimen Para Komando dan Sarwo Edhie, dan peran Jenderal Nasution, peran KKO jelas akan dihapuskan dan (tiga) patung itu sekarang tidak ada, sudah bersih," kata Gatot.

Gatot mengatakan, berdasarkan informasi yang didapatnya dari utusannya yang ia perintahkan untuk berkunjung ke Museum Darma Bhakti di Makostrad, bukan cuma patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution saja yang hilang, tetapi juga diorama 7 pahlawan revolusi turut hilang.

"Saya mendapat informasi--walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad--baru akhir akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution tapi juga 7 pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana, dan khusus di ruangan Pak Harto mencerminkan penumpasan pemberontakan G30SPKI dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya," katanya.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Kebakaran Toko di Mampang Semalam, 7 Orang Tewas

Jumat, 19 April 2024 | 14:25 WIB
X