Korban kawin kontrak, IN, kini hanya bisa menyesali keputusannya. Mimpi untuk mengubah hidup untuk lebih baik tak menjadi kenyataan.
Harapan besar datang ketika seorang agen menawari IN untuk melakukan kawin kontrak dengan warga China. Rayuan maut dari sang agen membuat wanita asal Singkawang, Kalimantan Barat, ini tergoda.
Selepas prosesi pernikahan dengan mahar Rp20 juta, IN ikut dengan sang suami ke China. IN awalnya hanya dua bulan di Negeri Tirai Bambu tersebut, sesuai dengan ucapan sang agen.
Namun, semuanya tak sesuai harapan perempuan berusia 20 tahun tersebut. Dalam tujuh bulan terakhir, dia harus hidup dalam tekanan bersama sang suami dan keluarga.
Saat bercerita kepada wartawan, IN mengaku harus bekerja menjahit baju dan sarung tangan, yang sebenarnya tak ada dalam perjanjian. Tak hanya itu, kekerasan fisik juga dia alami selama di sana.
"Kekerasannya seperti ditendang, dicekik dan dipukul," ujar IN.
Kisah sedih ini sebenarnya tak disimpan sendiri. IN selalu menceritakan kondisinya selama di China kepada keluarga lewat sambungan telepon.
Ibunda IN, AM, mengaku hanya bisa mendengar suara tangisan dan ringisan sang anak lewat telepon. Tak banyak yang bisa dilakukan, keluarga hanya bisa menenangkan IN. Dia diminta untuk tetap bersabar.
Penderitaan IN berakhir setelah berkomunikasi dengan Ivan (Humas Polres Singkawang) dan salah satu warga Singkawang, Silvia. Keduanya membantu IN keluar dari situasi kelam. IN pun kembali berkumpul dengan keluarga pada Senin (24/6/2019).
IN sebenarnya bukan satu-satunya korban kawin kontrak asal Kalimantan Barat yang menderita di China. Polres Singkawang kini tengah berusaha untuk memulangkan NP.
NP merupakan warga Kabupaten Landak yang juga tertipu dengan agen kawin kontrak. "Meski orang Landak, tetap kami bantu dan doakan agar proses pemulangan NP berjalan dengan baik," ujar Kapolres Singkawang, AKBP Raymond M Masengi.
