Taiwan Kecam China Atas Ancaman Pakta Perdagangan Pasifik

- Jumat, 24 September 2021 | 15:45 WIB
Bendera Taiwan. (REUTERS/Ann Wang)
Bendera Taiwan. (REUTERS/Ann Wang)

Pemerintah Taiwan mengatakan bahwa China adalah 'penjahat berat' yang berniat menggertak Taiwan dan tak punya hak untuk menentang atau mengomentari upaya Taiwan untuk bergabung dengan pakta perdagangan pan-Pasifik.

Pernyataan itu disampaikan dalam perang kata-kata yang meningkat antara Taipei dan Beijing terkait keputusan kedua pihak untuk mengajukan diri bergabung dengan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

Taiwan yang diklaim oleh China sebagai bagian wilayahnya, pada Rabu (22/9/2021) mengatakan pihaknya telah secara resmi mengajukan permohonan untuk bergabung dengan CPTPP, kurang dari seminggu setelah China mengajukan permohonan serupa.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan pihaknya menentang Taiwan memasuki perjanjian atau organisasi resmi.

Pada hari Kamis (23/9/2021), Taiwan mengatakan China mengirim 24 pesawat militer ke zona pertahanan udara pulau tersebut. Tindakan itu dipandang oleh Taipei sebagai bagian dari suatu pola upaya pelecehan yang hampir setiap hari dilakukan oleh China.

Pada hari Kamis malam dalam sebuah pernyataan, departemen luar negeri Taiwan mengatakan China tak punya hak untuk berbicara tentang pengajuan Taiwan untuk bergabung CPTPP.

Baca juga: 10 Pesawat Tempur China Memasuki Zona Pertahanan Udara, Sistem Rudal Taiwan Mengawasi

"Pemerintah China hanya ingin menggertak Taiwan di komunitas internasional, dan (China) merupakan penjahat utama dalam peningkatan permusuhan di Selat Taiwan," kata deplu Taiwan, dikutip dari Reuters.

Menurut Taiwan, China menentang Taiwan menggunakan perdagangan untuk memaksakan ruang internasionalnya atau menjalankan tindakan-tindakan yang mengarah pada kemerdekaan.

Dalam sebuah pernyataan yang juga dikeluarkan pada Kamis malam, Kantor China untuk Urusan Taiwan mengatakan masuknya China ke CPTPP akan menguntungkan pemulihan ekonomi global pascapandemi.

Perjanjian tersebut, yang dimulai dengan 12 anggota awal dan sebelumnya dikenal sebagai Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), dipandang sebagai alat penyeimbang ekonomi yang penting terhadap pengaruh China yang semakin besar.

Tapi, TPP berada dalam ketidakpastian pada awal 2017 ketika Amerika Serikat yang saat itu dipimpin Presiden Donald Trump mengundurkan diri dari TPP.

Kemudian TPP berganti nama menjadi CPTPP, menghubungkan Kanada, Australia, Brunei, Chile, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Rekomendasi

Terkini

X