Sidang Umum Perserikatan Bangsa Bangsa diwarnai dengan kekhawatiran meningkatnya krisis konflik global, mulai dari perang dagang Amerika-China, serta konflik timur tengah, venezuela serta kondisi memanasnya hubungan Pakistan-India.
Terakhir adalah konfrontasi antara Iran dan Amerika yang dipicu serangan pada kilang minyak Arab Saudi, yang membuat saling kecam antar negara terus berlangsung sampai saat ini.
"Dunia kita, yang penuh keributan, membutuhkan kerjasama internasional lebih erat dibanding sebelumnya. Tetapi hanya mengatakan hal itu, tidak akan mewujudkannya. Mari kita hadapi hal itu. Kita tidak punya waktu untuk kalah,” ujar Sekretasis Jenderal PBB Antonio Guterres dikutif dari VOA.
Sidang Umum PBB 2019, akan dimulai hari Selasa, 30 September. Rencananya, diikuti oleh 136 pemimpin dari 193 negara anggota PBB. Namun, beberapa negara tidak mengirimkan perwakilan atau bahkan hanya sekelas duta besar seperti Korea Utara.
Selain itu, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga membatalkan rencana menghadiri sidang ini dan mengirim menteri mereka.
Sidang tahunan ini, bakal fokus pada mengatasi perubahan iklim dan kondisi perdamaian dan keamanan, meningkatnya kebencian dan intoleransi, dan meningkatnya ketidaksetaraan, meningkatnya kebencian dan intoleransi.
"Kami berkesempatan untuk memajukan diplomasi bagi perdamaian. Inilah saat mendinginkan ketegangan," katanya.
Indonesia diwakili Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuan sidang tahunan tersebut. JK telah berada di Amerika Serikat sejak Minggu (15/9). Selama Kabinet Kerja Jokowi-JK, Wapres JK selalu hadir mewakili Presiden Jokowi ke Sidang Umum Tahunan PBB.
Di sela-sela rangkaian kegiatan Sidang Umum ke-74 PBB, Wapres juga dijadwalkan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah kepala negara, serta menghadiri undangan makan malam gala bersama Presiden AS Donald Trump di Lotte New York Palace Hotel.
