Pengamat Energi: Harga Gas Bumi Terlalu Rendah, Bikin Investor Ciut Nyali

- Rabu, 15 April 2020 | 15:35 WIB
Ilustrasi industri gas bumi. (Pexels/Pixabay)
Ilustrasi industri gas bumi. (Pexels/Pixabay)

Pengamat Energi dari ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menilai, ketetapan harga gas bumi untuk industri yang dipatok pemerintah senilai US$6 per MMBTU, dinilai sangat jauh dari nilai ekonomisnya.

Hal itu dikhawatirkan akan menurunkan minat dari para investor untuk mengembangkan industri migas dari hulu hingga hilir, terlebih dengan target pemerintah yang dipatok begitu tinggi.

Komaidi juga menilai, kebijakan harga gas yang jauh dari tingkat keekonomian proyek tersebut akan membuat pembangunan infrastruktur gas bumi di Indonesia semakin sulit.

"Besarnya cadangan gas bumi yang saat ini ada di Indonesia tak berarti tanpa dukungan infrastruktur yang memadai. Harusnya pemerintah fokus membangun infrastruktur ini jika tak ingin terbebani impor BBM yang semakin besar," ujar Komaidi di Jakarta, Rabu (15/4/2020).

Sebagaimana diketahui, pemerintah sendiri telah menetapkan sejumlah target-target kinerja jangka panjang terkait optimalisasi gas bumi. Sebagai contoh dalam rencana Induk Infrastruktur Gas Bumi Indonesia 2016-2030, Kementerian ESDM menargetkan pipa open acces bertambah menjadi 9.992 km atau bertambah 5.695 km dibandingkan tahun 2016.

Kemudian pipa hilir ditargetkan bertambah 1.140,70 km menjadi 6.301 km. Sehingga total panjang pipa gas bumi di Indonesia mencapai 16.364 km dari posisi tahun 2016 sepanjang 9.528,18 km.

Namun, Komaidi menilai pemerintah akan sulit mewujudkan target ambisius itu. Apalagi harga gas bumi yang diputuskan pemerintah menjadikan energi ini semakin tidak menarik sebagai instrumen investasi.

Mengandalkan pengembangan infrastruktur gas bumi kepada PGN juga berat. Pasalnya kemampuan PGN untuk membangun infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir terus menurun. Terbukti net profit margin PGN selama periode 2015-2019 turun rata-rata 40 persen setahun.

"PGN yang didukung pemerintah saja makin kedodoran untuk membangun infrastruktur. Dengan harga gas yang semakin tidak menarik, siapa yang mau bangun infrastruktur gas bumi. Tidak ada pebisnis yang mau rugi, apalagi investor," tuturnya.

Lebih jauh Komaidi mengatakan, dengan kebijakan pemerintah yang seringkali berubah dan politis, ketahanan energi nasional menjadi taruhan. Yang terdekat adalah realisasi target bauran energi  pembangkit listrik yang telah diputuskan, di mana bauran gas bumi ditargetkan mencapai 22,2 persen.

Untuk mencapai target itu, lanjut Komaidi, dibutuhkan pembangunan berbagai infrastruktur gas bumi  agar mampu menjangkau wilayah-wilayah baru.

"Dengan iklim bisnis yang tidak kondusif seperti saat ini, sektor gas bumi beserta pembangunan infrastrukturnya akan mengalami stagnasi. Apalagi wabah corona yang datang tiba-tiba telah merontokkan hampir semua aktivitas ekonomi kita," pungkasnya.

Sebagai informasi saja, berdasarkan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN) 2012 - 2025 yang tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 2700 K/11/MEM/2012, terdapat 18 jalur pengembangan pipa gas bumi. Namun demikian dari 18 proyek jalur pipa gas tersebut, hingga kini baru tiga jalur yang berhasil di lelang. Ketiganya yaitu Kalimantan-Jawa Tahap II (Kalija II), Duri-Dumai, dan Grissik - Palembang.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X