WHO Mengecam 'Ketidakadilan Vaksin' karena Masih Banyak Negara Belum Mendapatkan Vaksin

- Selasa, 25 Mei 2021 | 11:48 WIB
Tedros Adhanom Ghebreyesus. (REUTERS/CHRISTOPHER BLACK/WHO)
Tedros Adhanom Ghebreyesus. (REUTERS/CHRISTOPHER BLACK/WHO)

Pandemi Covid-19 diperburuk oleh skandal ketidakadilan dalam distribusi vaksin, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada hari Senin, dikutip dari Reuters.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa tidak ada negara yang boleh berasumsi bahwa itu 'keluar dari hutan', tidak peduli tingkat vaksinasi, selama virus SARS-CoV-2 dan variannya menyebar ke tempat lain.

"Dunia tetap dalam situasi yang sangat berbahaya," kata Tedros pada pembukaan pertemuan tahunan menteri kesehatan dari 194 negara anggotanya.

"Sampai hari ini, lebih banyak kasus yang dilaporkan sepanjang tahun ini dibandingkan seluruh tahun 2020. Pada tren saat ini, jumlah kematian akan melampaui total tahun lalu dalam tiga minggu ke depan. Ini sangat tragis," katanya.

Dia mengatakan lebih dari 75% dari semua vaksin telah diberikan hanya di 10 negara.

"Tidak ada cara diplomatis untuk mengatakannya: sekelompok kecil negara yang membuat dan membeli sebagian besar vaksin di dunia mengendalikan nasib negara-negara lain di dunia."

Fasilitas COVAX, yang dijalankan oleh WHO dan aliansi vaksin GAVI, telah mengirimkan 72 juta dosis vaksin ke 125 negara dan ekonomi sejak Februari, hampir tidak cukup untuk 1% populasi mereka, kata Tedros.

Dia mendesak negara-negara untuk menyumbangkan vaksin untuk COVAX agar 10% populasi semua negara dapat diinokulasi pada September dan 30% pada akhir tahun. Ini berarti memvaksinasi 250 juta orang lagi hanya dalam empat bulan, katanya.

Tedros juga meminta produsen vaksin untuk memberikan COVAX hak pertama untuk menolak volume baru vaksin, atau menyerahkan 50% volume mereka untuk COVAX tahun ini.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X