Atasi Learning Loss Jadi Alasan PTM Terbatas Harus Segera Dilaksanakan

- Sabtu, 18 September 2021 | 20:13 WIB
Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SDN 1 Kampungdalem, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (9/9/2021). (photo/ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/ilustrasi)
Siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) di SDN 1 Kampungdalem, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (9/9/2021). (photo/ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko/ilustrasi)

Pemerintah meminta semua pihak ikut mendukung pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas, untuk menghindarkan generasi muda Indonesia dari penurunan capaian pembelajaran, learning loss.

"Percepatan penuntasan vaksinasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) bisa menjadi dorongan untuk mengembalikan anak ke sekolah secara terbatas," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate, dalam keterangan pers, Sabtu (18/9) dikutip dari ANTARA.

PTM terbatas merupakan upaya menyelamatkan anak-anak Indonesia dari risiko dampak negatif Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau sekolah daring secara berkepanjangan. 

Jika tidak segera menerapkan Pertemuan Tatap Muka terbatas, generasi ini dikhawatirkan akan sangat sulit untuk mengejar ketertinggalan.

Kominfo menilai PJJ yang berkepanjangan bisa berdampak besar dan permanen terhadap pelajar. Dampak yang sangat diantisipasi, diantaranya putus sekolah, penurunan capaian pembelajaran, dan kesehatan mental serta psikis anak-anak.

Baca juga: Berkunjung ke AS, Menlu Retno Perkuat Kerja Sama Ketahanan Kesehatan

"Pandemi COVID-19 telah menyebabkan learning loss yang sangat signifikan. Jika dibiarkan secara jangka panjang, semua ini bisa menjadi risiko yang lebih besar dibandingkan risiko kesehatan," kata Johnny.

Untuk diketahui, Berdasarkan riset INOVASI dan Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, pendidikan di Indonesia sudah kehilangan 5-6 bulan pembelajaran per tahun.

Riset Bank Dunia juga menyatakan, dalam kurun waktu 0,8 sampai dengan 1,3 tahun, compounded learning loss dengan kesenjangan antara siswa kaya dengan siswa miskin meningkat 10 persen.

Riset yang sama juga menyatakan bahwa tingkat putus sekolah di Indonesia meningkat sebesar 1,12 persen, di mana angka tersebut 10 kali lipat dari Angka Putus SD Tahun 2019. Bank Dunia memperkirakan, saat ini di Indonesia ada 118.000 anak usia SD yang tidak bersekolah.

Angka tersebut, lima kali lipat lebih banyak daripada jumlah anak putus SD pada tahun 2019.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

X