Kasus infeksi jamur hitam (black fungus) atau mukormikosis di India ramai diperbincangkan. Infeksi ini muncul pada pasien Covid-19 seiring terjadinya tsunami Covid-19 di India.
Meski dilaporkan tercatat 9.000 ribu kasus mukormikosis pada Mei 2021 di India, namun infeksi ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Pokja Bidang Mikosis Paru Pusat Mikosis Paru FKUI/RS Persahabatan, Dr. dr. Anna Rozaliyani M.Biomed, SpP(K).
"Mukormikosis dapat ditemukan di seluruh dunia meskipun ada banyak teori kenapa ada banyak di India. Ada yang bilang kondisi lingkungan yang menyebabkan jamurnya mudah tumbuh di sana, kemudian kondisi tanahnya, kondisi alamnya, kebersihan penduduk, dan sebagainya," kata Anna dalam webinar bertajuk "Black fungi pada pasien Covid-19: Apa yang perlu kita waspadai?", Kamis (3/6/2021).
Ia melanjutkan, di Indonesia, laporan kasus mukormikosis pernah terjadi, namun ditemukan sebelum pandemi Covid-19. Selain itu, jumlah kasusnya hanya sekitar 50 dalam satu tahun.
"Tetapi meskipun kelihatan jumlahnya sedikit, penyakit ini sangat fatal. Angka kematiannya tinggi dan angka kesakitannya juga signifikan," ujarnya.
Anna mengatakan masyarakat perlu waspada, namun ia juga mengimbau agar masyarakat tidak panik karena mukormikosis tidak menular dari manusia ke manusia.
BACA JUGA: 7 Gejala Usus Buntu yang Sering Tak Disadari
Penyebab mukormikosis berasal dari jamur yang tumbuh di sekitar kita. Biasanya jamur ini hidup di bahan organik yang membusuk seperti daun atau kompos. Penularan terjadi saat manusia menghirup jamur ini dan menyerang saluran pernapasan.
"Tapi yang kita tidak perlu khawatir, mukormikosis tidak menular dari orang ke orang ataupun dari binatang. Jadi memang infeksinya kita peroleh dari lingkungan," ujarnya.
Gejala pada mukormikosis dapat terlihat dari jaringan rongga sinus yang menghitam, pembengkakan wajah, demam, sesak napas, hingga perubahan kondisi mental.
