Seorang pemuda asal Bangkok, Thailand bernama Sorawut menemukan cara untuk mengolah makanan dari bulu ayam. Ia merasa banyak bulu ayam yang terbuang percuma, padahal bisa dijadikan bahan olahan sehingga memiliki rasa yang sama seperti daging ayam.
Melalui video Nas Daily, sosok Sorawut menceritakan awal mula ia memiliki ide untuk membuat olahan makanan tersebut. Bermula saat ia melihat sebuah rumah pemotongan ayam dan melihat begitu banyak bulu ayam yang dibuang yang akhirnya mubazir.
Semua ayam yang masuk ke pabrik makanan, 90 persennya digunakan untuk bahan makanan. Sementara 10 persennya dibuang, dalam artian bulu ayam itu sendiri.
"Kita kehilangan sumber bahan makanan karena bulu ayam itu kaya dengan sumber protein. Dan menurut saya, bulu ini bisa digunakan dengan cara yang baik. Bagaimana bila kita bisa makan bulu ayam?" ungkapnya dalam video tersebut.
Hal ini memang terdengar gila. Namun secara kimiawi, bulu ayam serupa dengan daging ayam. Sehingga dengan olahan yang baik, bulu ayam bisa dibuat menjadi daging yang bisa dimakan.
Baca Juga: Perdebatan Makan Pastel, Kamu Makan Mulai Darimana Dulu Nih?
Soruwat mengambil beberapa bulu ayam, lalu membawanya ke laboratorium. Bulu-bulu itu dihancurkan sampai jadi cairan yang kemudian ditambahkan pengembang makanan lalu diolah dalam waktu yang lama, serta tak lupa dimasukkan beberapa bumbu penyedap.
Tekstur bulu ayam olahan tersebut kemudian dibentuk lalu dipanggang dalam oven selama berjam-jam. Olahan itu kemudian berubah menjadi daging ayam yang tanpa karbohidrat dan tanpa lemak.
"Butuh waktu setahun untuk menemukan resep yang benar," ujar Sirawut.
Olahan bulu ayam berbentuk daging tersebut kemudian bisa diolah lagi menggunakan resep masakan daging ala resto. Rasanya pun tak ubahnya daging ayam pada umumnya.
Awalnya, banyak yang menolak ide dari Sorawut ini karena merasa makan bulu ayam itu menjijikan. Namun setelah beberapa orang merasakan satu gigitan dari olahan Sorawut, semuanya berubah.
"Aku percaya, ini adalah masa depan untuk makanan daging. Karena di masa depan makanan daging itu tidak akan cukup untuk memberi makan semua orang," ungkap Sorawut.
