Studi Ungkapkan Orang yang Selamat dari COVID-19 akan Kehilangan Jaringan Otak

- Senin, 21 Juni 2021 | 15:18 WIB
Ilustrasi MRI otak. (photo/Ilustrasi/Pexels/Andrea Piacquadio)
Ilustrasi MRI otak. (photo/Ilustrasi/Pexels/Andrea Piacquadio)

Sebuah studi baru yang didasarkan pada data yang dikumpulkan UK Biobank menunjukkan bahwa orang yang selamat dari virus COVID-19 mungkin menderita kehilangan materi abu-abu dari waktu ke waktu. Eksperimen jangka panjang, yang melibatkan 782 sukarelawan, membandingkan pemindaian otak individu sebelum pandemi. 

Untuk analogi antara pemindaian otak pra-pandemi dan pasca pandemi, peneliti kemudian undang 394 orang yang selamat dari COVID-19 untuk kembali melakukan pemindaian lanjutan, dan 388 sukarelawan yang sehat. Di antara peserta yang pulih dari COVID-19, para peneliti melihat efek signifikan virus pada materi otak manusia, dengan hilangnya materi abu-abu di daerah otak. 

Perlu dicatat bahwa penelitian ini belum menjalani peer review yang ketat. Melihat hal itu, para penulis memberikan komentar.

"Temuan kami dengan demikian secara konsisten berhubungan dengan hilangnya materi abu-abu di area korteks limbik yang secara langsung terkait dengan sistem penciuman dan pengecapan primer," atau area di otak yang terkait dengan persepsi indera seperti penciuman dan rasa." ungkap para penulis. 

Materi abu-abu di otak kita adalah bagian dari sistem saraf pusat kita dan pada dasarnjya mengontrol semua fungsi otak kita, seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh Insider. Ini mungkinkan individu untuk mengontrol gerakan, memori, dan emosi sehingga kelainan pada materi abu-abu otak dapat mempengaruhi keterampilan komunikasi dan sel-sel otak. 

Studi ini juga menunjukkan bahwa hilangna materi abu-abu pada daerah yang berhubungan dengan memori otak "pada gilirannya dapat meningkatkan risiko pasien mengembangkan demensia dalam jangka panjang". 

Temuan ini mengikuti penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Lancet Psyhciatry tahun lalu, menunjukkan bahwa infeksi serius COVID-19 dapat merusak otak yang menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti stroke atau gejala mirip demensia. Para penulis mencatat bahwa lebih banyak data yang diperlukan untuk menilai secara memadai efek dari COVID-19 pada kesehatan otak.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

Fakta dan Mitos Tahun Kabisat yang Kamu Harus Tau

Rabu, 28 Februari 2024 | 12:25 WIB
X