Perubahan Iklim Jadi Faktor Meningkatnya Risiko Pandemi di Masa Mendatang

- Jumat, 12 Februari 2021 | 13:59 WIB
Ilustrasi (Unsplash/James Wainscoat)
Ilustrasi (Unsplash/James Wainscoat)

Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab meningkatnya risiko pandemi di masa depan yang lebih besar. 

Hal itu berdasarkan riset yang dipublikasi Science of the Total Environment pada akhir Januari 2021, dimana para peneliti menemukan bahwa perubahan vegetasi selama 100 tahun terakhir membuat 40 spesies kelelawar telah pindah ke provinsi Yunnan, China. 

Perpindahan puluhan kelelawar ke wilayah di perbatasan Myanmar dan Laos itu pada akhirnya memiliki lebih dari 100 jenis virus corona di sana.

Kelelawar sendiri dikenal sebagai pembawa virus corona, dengan berbagai spesies membawa ribuan jenis berbeda. Banyak ilmuwan percaya bahwa virus yang memulai pandemi COVID-19 di seluruh dunia berasal dari kelelawar di provinsi Yunnan atau daerah sekitarnya sebelum berpindah ke manusia.

"Jika kelelawar yang membawa sekitar 100 virus corona meluas ke daerah baru karena perubahan iklim, maka tampaknya hal ini meningkatkan, bukannya mengurangi, kemungkinan ada virus corona yang berbahaya bagi manusia, ditularkan, atau berevolusi di daerah ini," jelas Dr. Robert Beyer, penulis utama studi dan peneliti di University of Cambridge, seperti dikutip CBS. 

Dalam riset tersebut, para peneliti menggunakan catatan iklim untuk membuat peta vegetasi dunia yang dibutuhkan spesies kelelawar dari seabad yang lalu. Dengan menggunakan data jenis vegetasi ini, mereka menentukan distribusi global setiap spesies kelelawar pada awal tahun 1900-an.

Mereka kemudian membandingkan lokasi geografis populasi kelelawar seabad lalu dengan populasi kelelawar saat ini. Hasilnya, mereka menemukan bahwa kekayaan spesies kelelawar, yang menunjukkan jumlah spesies kelelawar berbeda yang ditemukan di suatu daerah tertentu, telah berkembang pesat di Asia Tenggara ketimbang tempat lain di Bumi.

“Wilayah yang diperkirakan mengalami peningkatan signifikan dalam kekayaan spesies kelelawar sebagai akibat dari pergeseran wilayah yang didorong oleh perubahan iklim meliputi wilayah di sekitar Afrika Tengah, beberapa petak yang tersebar di Amerika Tengah dan Selatan, dan terutama gugus spasial besar yang terletak di provinsi selatan Cina Yunnan dan daerah tetangga di Myanmar dan Laos,” kata para peneliti dalam laporan mereka.

“(Lokasi) hotspot yang terakhir ini bertepatan dengan wilayah yang saat ini dianggap sebagai asal mula yang paling mungkin dari nenek moyang SARS-CoV-1 dan SARS-CoV-2," sambung para peneliti. 

Perubahan iklim tersebut, kata peneliti, telah mengubah semak tropis di sana menjadi sabana tropis dan hutan gugur. Jenis hutan ini cocok untuk tempat hidup kelelawar.

Para peneliti mengatakan, temuan ini memberikan bukti pertama bahwa perubahan iklim bisa memainkan peran langsung dalam munculnya virus. Mereka pun khawatir perubahan iklim bakal meningkatkan risiko pandemi di masa depan.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Putri Octapia Saragih

Tags

Terkini

8 Arti Ular Masuk Rumah Menurut Primbon Jawa

Senin, 15 April 2024 | 12:00 WIB
X