Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Sabtu (19/11/2022) lalu, melaporkan temuan satu kasus polio pada anak berusia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh. Menyusul temuan tersebut, pemerintah segera menetapkan polio sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Peneliti keamanan dan ketahanan kesehatan global dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, memaparkan, penetapan penyakit polio sebagai KLB merupakan langkah yang tepat.
Sebab menurutnya, virus polio ini sangat mudah menyebar dan rawan menyerang anak-anak.
Baca Juga: Kasus Polio Ditemukan di Aceh, Kemenkes Tetapkan Sebagai Kejadian Luar Biasa
"Kalau bicara KLB polio, polio itu sudah ada standar internasionalnya. Satu kasus pun harus ditetapkan sebagai KLB dan itu akan mengikat semua negara untuk menetapkan itu," Ucap Dicky kepada Indozone, Senin (21/11/2022).
Lebih lanjut, Dicky memberi contoh penemuan kasus di Sudan, Afrika. Penemuan kasus polio pada anak kembali terjadi ketika awal pandemi COVID-19.
Meskipun dalam keadaan sulit, pemerintah setempat menetapkan penyakit tersebut sebagai KLB. Kondisi ini serupa dengan yang terjadi di Indonesia.
Baca Juga: Kemenkes Tetapkan KLB Polio, Ini Gejalanya yang Wajib Diwaspadai Orang Tua
"Polio itu menular melalui fecal oral atau kotoran manusia yang masuk ke tubuh melalui mulut. Virus polio itu berkembangnya di usus dan dibuang melalui kotoran," ujarnya.
"Ketika kotoran ini mencemari air atau lingkungan setempat maupun ada orang yang berkontak dengan tanah atau air yang tercemar virus, kemudian dia makan dan minum dengan adanya cemaran itu, dia akan terinfeksi," tambahnya.
Mudahnya penularan virus polio di suatu negara, penting bagi pemerintah untuk melakukan mitigasi atau pencegahan secara cepat dan tepat.
