Tanggapan Asosasi Vape Atas Kasus Kematian karena Rokok Elektrik

- Sabtu, 23 November 2019 | 15:20 WIB
ilustrasi/unsplash
ilustrasi/unsplash

Di Amerika, cairan rokok elektrik menjadi salah satu penyebab kematian orang-orang. Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Aryo Andrianto mengatakan bahwa kematian itu disebabkan oleh vitamin E asetat yang dicampurkan dalam vape. Temuan itu diumumkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

“Penemuan dari CDC ini mengungkap fakta baru bahwa rokok elektrik tidak dapat disalahkan sepenuhnya atas kasus kematian yang terjadi di Amerika Serikat. Yang perlu diperhatikan adalah adanya penyalahgunaan narkoba dan vitamin E asetat pada cairan rokok elektrik," kata Aryo.

Dilansir dari ANTARA, CDC menyarankan agar penggunaan rokok elektrik tidak menambahkan THC dan vitamin E asetat. Selain itu, pengguna juga diharapkan tak menambahkan bahan apapun yang tidak seharusnya dicampurkan atau tidak dibuat oleh produsen resmi ke dalam rokok elektrik.

-
ilustrasi/unsplash

"Hasil ini semestinya menjadi acuan bagi Kementerian Kesehatan dan BPOM agar tidak membuat keputusan keliru terhadap rokok elektrik terkait dalam upaya pelarangan total dari produk ini di Indonesia,” ujar Aryo.

CDC mengungkapkan bahwa vitamin E asetat adalah masalah utama yang menyebabkan pengguna rokok elektrik menderita penyakit paru-paru, atau yang disebut sebagai e-cigarette or vaping product use associated lung injury (EVALI).

Dari hasil pengujian sampel di laboratorium CDC yang melibatkan 29 pasien yang terkena EVALI, ditemukan adanya vitamin E asetat di seluruh paru-paru pasien. Tak hanya itu, CDC juga menemukan tetrahidrokanabinol (THC). Yaitu senyawa yang terkandung dalam ganja. Senyawa ini ditemukan pada 82 persen dari sampel pasien. Sedangkan kandungan nikotin ditemukan sebesar 62 persen.

-
ilustrasi/unsplash

Peneliti dan Ketua Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP), Achmad Syawqie, mengungkapkan bahwa vitamin E asetat digunakan sebagai zat pengental dalam rokok elektrik yang mengandung THC. 

“Vitamin E asetat ini sangat lengket karena bersifat oil-based dan ketika masuk ke dalam paru-paru, zat ini melekat di organ tersebut. Karena sifatnya yang lengket, akhirnya membuat THC juga menempel di paru-paru,” ujar Syawqie.

Sementara itu, rokok elektrik di Indonesia dinilai mengandung zat karsinogen dan racun yang bisa menyebabkan berbagai penyakit. Adapun penyakit yang bisa dialami oleh pengguna rokok elektrik dengan kandungan karsinogen ialah kanker, penyakit paru, gangguan kesehatan mulut, hingga tuberkulosis.

Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) rokok elektrik mengandung nikotin, karsinogen seperti propylene glycol, gliserol, dan formaldehid nitrosamin, yaitu bahan toksik seperti logam dan silikat serta nanopartikel.

-
ilustrasi/pixabay

Rokok elektrik memiliki substansi yang bersifat karsinogenesis, sehingga memiliki risiko perubahan sel dan mencetuskan timbulnya beberapa kanker tertentu seperti kanker paru, kanker mulut dan tenggorokan. Tak hanya itu, rokok eletrik juga berpotensi menimbulkan gangguan pada pencernaan, sistem imun, dan timbulnya trombosis.

PDPI menambahkan bahwa penggunaan rokok elektrik memiliki efek samping untuk paru dan sistem pernapasan. Seperti, peningkatan peradangan atau inflamasi, kerusakan epitel dan sel, menurunkan sistem imun lokal paru dan saluran napas, peningkatan hipersensitif saluran napas, risiko asma dan emfisema.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Administrator

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X