Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa peran calon ibu untuk menjaga asupan gizi dan zat besi sangat berdampak pada penurunan prevalensi stunting di Indonesia.
Ketua Tim Kerja KIE, Kementerian Kesehatan Dwi Adi Maryandi menyatakan, kaum perempuan yang juga mengalami siklus menstruasi harus lebih memerhatikan asupan gizi dan zat besi tersebut.
"Konsumsi gizi seimbang harus diperhatikan. Misalnya gizi sudah cukup, zat besi mudah-mudahan bisa tercukupi. Terutama bagi temen-temen yang lebih berisiko, yang memiliki kodratnya sebagai perempuan untuk menstruasi sehingga potensi kekurangan zat besi lebih besar," terang Adi di Jakarta Pusat, Rabu (30/11/2022).
Baca Juga: Ma'ruf Amin: Turunkan Angka Stunting Perlu Libatkan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah
Menurut riset, papar Adi, ada sebanyak 23 persen bayi yang lahir dalam keadaan stunting di Indonesia. Menurutnya, pengentasan anemia melalui konsumsi tablet penambah darah adalah hal yang sangat signifikan dalam mengentaskan stunting.
"8,3 juta dari 12,1 juta remaja putri tidak mengonsumsi tablet penambah darah. Hal itu akan berisiko untuk melahirkan anak stunting. Ini yang ingin kita putus rantainya, sekali lagi harus kita tekankan untuk berjuang melawan anemia," jelas Adi.
Tantangan mengampanyekan kesadaran ini, kata Adi, bukanlah hal yang mudah. Sebab, remaja harus memelihara konsistensi dalam menjaga gizi dan pola hidupnya agar menghindari kelahiran stunting.
Baca Juga: Cegah Stunting, Puskesmas di Tangerang Siap Berikan Edukasi ke Masyarakat
"Tantangan yang paling besar karena harus minum secara rutin seminggu sekali. Jadi butuh dorongan luar biasa untuk edukasi, dan awareness ini penting untuk masa depan mereka," tandasnya.
