Waspada Pandemi Covid-19 Boleh tapi Jangan Abaikan TBC

- Selasa, 24 Maret 2020 | 20:34 WIB
Ilustrasi TBC (Medical News Today)
Ilustrasi TBC (Medical News Today)

Situasi pandemi Covid-19 di Indonesia terbilang mengkhawatirkan. Tapi di samping itu, masih ada penyakit lain yang harus dilawan. Salah satunya adalah tuberkulosis (TBC).

Angka TBC di Indonesia terbilang tinggi. Menurut data dari Global TB Report 2019, insiden TB di Indonesia mencapai 845 ribu kasus. Tingginya angka kasus dikarenakan TB termasuk penyakit menular. 

TBC merupakan penyakit yang menyerang paru-paru. Tapi dalam perjalanannya, penyakit ini juga bisa menyerang peredaran darah, sistem saraf pusat, sistem kelenjar getah bening, tulang, dan lainnya sehingga bisa menyebabkan kematian. Oleh karena itu, kesadaran masyarakat terkait penularan TBC harus terus ditingkatkan.

Hingga saat ini, sejumlah masyarakat jarang menyadari bahwa tubuhnya telah terinfeksi kuman TBC. Alih-alih melakukan pemeriksaan, mereka malah tetap beraktivitas tanpa alat pengaman seperti masker. Hal itu menyebabkan droplet yang keluar saat batuk dan bersin terbawa oleh butiran debu dan berterbangan di udara hingga mengenai orang lain. 

Salah satu alasan pengidap TBC tidak menyadari dirinya memiliki penyakit tersebut karena tidak bisa membedakan gejalanya dengan penyakit lain. Padahal bisa jadi gejala TBC sudah dimulai sejak beberapa minggu hingga berbulan-bulan sebelumnya. Pada saat kuman TB masuk ke paru-paru, maka akan terjadi perlawanan dari sistem pertahanan tubuh. 

-
Paru-paru (Webmd)

Sayangnya kuman TBC berukuran kecil sehingga kebanyakan dapat lolos dari sistem perlawanan tumbuh. Belum lagi kuman dilapisi oleh zat seperti lilin sehingga dapat tetap hidup. Oleh karenanya masyarakat diharapkan menerapkan pola hidup bersih dan sehat untuk mendukung sistem pertahanan tubuh memusnahkan kuman yang masuk melalui saluran pernapasan.

Manager Medical Underwriter Sequis, dr Fridolin Seto Pandu mengatakan, secara fisik terdapat gejala-gejala TBC harus diwaspadai. Gejala tersebut ialah nafsu makan berkurang, sering keringat dingin terutama pada malam hari, sering merasa lelah berlebihan, batuk berdahak berkepanjangan hingga 3 minggu yang tak kunjung sembuh hingga mengalami batuk berdarah, perubahan warna kulit menjadi lebih pucat, terasa nyeri pada dada, serta merasa sesak ketika bernapas. Apabila gejala-gejala tersebut muncul, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.

“Bila mendapati diri atau keluarga mengalami gejala yang disebutkan, sebaiknya segera periksa ke dokter spesialis paru dan penyakit dalam. Jika dibiarkan dapat merusak jaringan paru dan menularkan ke orang lain," kata dr Fridolin, Selasa (24/3/2020).

Dirinya mengungkapkan, bagi masyarakat yang memiliki sistem imunitas lemah dan pernah melakukan kontak dengan pasien TBC, disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter ahli. Selain pemeriksaan fisik, juga akan dilakukan serangkaian pemeriksaan penunjang untuk menentukan positif terkena TBC atau tidak.

-
Ilustrasi TBC (Medical News Today)

Kabar baiknya, penyakit TBC dapat disembuhkan selama pasien mematuhi pengobatan yang durasinya telah ditetapkan oleh dokter. Pasien harus minum obat hingga tuntas sesuai resep dokter. Ketidakdisiplinan akan mengakibatkan pasien TBC menjadi resisten pada obat. Ketika dinyatakan sembuh, pasien tetap harus melakukan pemeriksaan ulang untuk menguji keberhasilan pengobatan. Sebaliknya, jika dalam waktu 6 bulan tidak kunjung sembuh, maka dokter akan melakukan uji resistensi pada obat yang diberikan.  

Saat menjalani masa pengobatan, pasien masih berpotensi menularkan TBC sehingga haruslah melakukan tindakan preventif agar tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. 

“Saat menjalani pengobatan, pasien harus mengerti apa saja petunjuk dokter, bagaimana tahapan pengobatan yang harus ia jalani, dan tahu alasan mengapa harus disiplin berobat. Selama menjalani pengobatan,  jangan lupa selalu gunakan masker dan sering diganti selang 4 jam," ujar dr Fridolin.

-
Ilustrasi (freepik)

Ditambahkan olehnya, pasien juga harus mengerti cara menggunakan masker dan membuang sampah maskernya ke dalam plastik yang dibungkus. Saat batuk sebaiknya dahak dibuang di air mengalir atau wadah tertutup lalu disiram cairan desinfektan. Jangan lupa perhatikan kualitas hunian dan kamar, terutama soal sirkulasi udara serta tidak tidur sekamar dengan orang lain.

"Berjemur di pagi hari dan membiarkan sinar matahari masuk ke rumah sangat baik buat kesehatan pasien TBC. Sinar matahari penting karena kuman TBC dapat hidup selama berbulan-bulan di tempat sejuk, lembap, dan gelap bahkan di tempat kering. Bisa mati bila terkena cahaya matahari atau panas,“ tandas dr. Fridolin.

Halaman:

Editor: Administrator

Tags

Terkini

X