Benarkah Ketagihan Belanja Tergolong Gangguan Jiwa?

- Senin, 9 September 2019 | 11:49 WIB
Ilustrasi belanja. (Unsplash/freestocks)
Ilustrasi belanja. (Unsplash/freestocks)

Perempuan biasanya bisa menghabiskan waktu berjam-jam di pusat perbelanjaan. Bahkan mereka rela menguras tabungan bila melihat ada barang diskonan.

Tapi, tahukan kamu ada sebuah penelitian yang menunjukan bahwa kecanduan belanja bisa dikategorikan sebagai gangguan jiwa? Menurut para ahli, gila belanja yang dikenal dengan 'oniomania' atau compulsive buying disorder (CBD), masuk dalam kategori penyakit mental.

Penelitian ini menunjukan, tujuh persen orang dewasa mengalami masalah belanja secara kompulsif. Bahkan, fenomena ini meningkat dalam dua dekade terakhir di Amerika dan Eropa. Namun, belanja secara berlebihan juga ditemukan di banyak negara.

Pakar psikolog klinis dari Hannover Medical School Jerman, Profesor Astrid Mueller, mengatakan perlu pemahaman dan pengakuan yang lebih besar tentang berbahayanya kondisi ini. 

"Saatnya untuk mengenali gangguan belanja kompulsif sebagai kondisi kesehatan mental, yang akan membantu kami mengembangkan metode perawatan dan diagnosis yang lebih baik,” katanya.

Meski umum dilakukan, gila belanja dikategorikan sebagai salah satu penyakit mental oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Direktu WHO, Shekhar Saxena yang khusus menangani penyakit mental mengatakan, gila belanja dan kecanduan game merupakan gangguan mental yang setara. Pernyataan itu dibuat berdasarkan sejumlah hasil penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara keinginan belanja dengan kondisi psikologis seseorang.

Menurut laporan Psych Guides, CBD berada selevel di bawah gangguan kleptomania atau dorongan untuk mencuri. Orang yang menderita CBD ini sering merasa cemas yang hanya bisa diatasi dengan cara berbelanja. Selama ini, belanja merupakan salah satu cara untuk mengatasi emosi negatif.

Dalam kasus tertentu, ada beberapa orang yang berbelanja dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui orang lain, khususnya pasangan. Apalagi jika barang yang dibeli berharga mahal. Gangguan semacam ini bisa dialami siapa saja, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.

Barang yang dibeli shopaholic tidak selalu mahal. Mereka seringkali membeli barang berharga murah karena tergiur diskon. Padahal, belum tentu barang tersebut mereka butuhkan. Cara ini seringkali dilakukan untuk memberi kepuasan dan menghilangkan kecemasan akibat emosi negatif.

Editor: Administrator

Terkini

X