Pemerintah Dinilai Salah Gunakan Diksi, Ini Sebenarnya Syarat New Normal Versi WHO

- Minggu, 12 Juli 2020 | 17:45 WIB
Wedding di new normal (Instagram/@thesultanhoteljkt)
Wedding di new normal (Instagram/@thesultanhoteljkt)

Sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di sejumlah wilayah dilonggarkan, muncul istilah new normal untuk aktivitas masyarakat. New normal diartikan masyarakat bisa kembali melakukan aktivitas di luar rumah namun harus menerapkan protokol kesehatan. Contoh rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, memakai masker, dan menjaga jarak.

Senada dengan hal tersebut, menurut dr Budhi Antariksa, SpP (K) PhD, new normal merupakan perubahan perilaku masyarakat agar tetap bisa
menjalankan aktivitas normal. Perubahan perilakunya adalah penerapan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19. Di samping itu, ada kriteria tertentu untuk suatu negara atau wilayah bisa menerapkan new normal.

"Kriterianya sudah ditetapkan yaitu epidemi atau penyebaran wabah terkontrol, sistem kesehatan mampu mengatasi kasus Covid-19 yang muncul setelah dilakukan adaptasi, serta sistem pengawasan mampu mendeteksi dan mengelola kasus, kontak dan  mengidentifikasi munculnya kasus baru," ujar dr Budhi dalam suatu webinar beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menerapkan setidaknya 6 kriteria apabila suatu negara hendak menerapkan new normal. Pertama, adanya bukti yang menunjukkan bahwa transmisi lokal Covid-19 dapat dikendalikan dan terkontrol. Kedua, kapasitas sistem kesehatan masyarakat harus mampu untuk mengidentifikasi, menguji, mengisolasi, menangani setiap kasus, dan melacak kontak.

Ketiga, mampu mengurangi risiko penyebaran Covid-19 dengan melakukan upaya pencegahan di tempat yang memiliki kerentanan tinggi seperti fasilitas kesehatan mental, panti jompo, dan pemukiman padat. Keempat, upaya pencegahan juga dilakukan di tempat kerja, sekolah, dan fasilitas umum seperti menjaga jarak fisik, menyediakan fasilitas mencuci tangan, dan memastikan kebersihan pernapasan.

Kelima, risiko penyebaran kasus impor dapat dikendalikan. Terakhir, masyarakat sepenuhnya diedukasi serta ikut berperan dan memiliki suara dalam kehidupan new normal.

Kendati demikian, pemerintah telah mengakui penggunaan diksi new normal ada kesalahan. Sebab masyarakat jadi hanya fokus pada kata 'normal' saja. Oleh karenanya, pemerintah mengganti diksi tersebut menjadi adaptasi kebiasaan baru atau AKB.

Artikel Menarik Lainnya:

Editor: Edi Hidayat

Tags

Terkini

10 Dampak Negatif Polusi Udara Terhadap Kesehatan

Selasa, 26 Maret 2024 | 06:20 WIB
X