Depresi sendiri sebenarya tidak mengenal gender. Baik itu wanita maupun pria, sama-sama berpotensi mengalami masalah kesehatan mental.
Namun, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), wanita memang mengalami depresi pada tingkat yang lebih tinggi daripada pria.
Karena angka yang lebih rendah itulah membuat depresi pada kaum pria sulit terdiagnosis. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena campuran faktor sosial dan biologis.
Masih ada beberapa stigma budaya dan sosial seputar depresi di kalangan pria. Pada umumnya, pria disosialisasikan oleh masyarakat untuk menahan emosinya. Padahal, hal ini tidak sehat untuk mental.
Dalam upaya mereka untuk mempertahankan norma-norma sosial ini, banyak pria mungkin mengorbankan kesejahteraan emosional, fisik, dan mental mereka.
Selain itu, banyak pria yang tidak pernah diajari untuk mengenali tanda-tanda depresi yang kurang khas.
Bahkan, beberapa pria tidak pernah mencari bantuan untuk mengatasi depresi mereka. Sebab, kebanyakan di antara mereka takut akan penilaian orang lain jika menceiatakan apa yang mereka rasakan.
Tingkat bunuh diri cukup tinggi pada pria. Oleh karena itu, penting mendiagnosis depresi, kemudian mencari pengobatan untuk menyelamatkan nyawa.
Mengenal depresi pada pria
Selain kesedihan, pria mungkin mengalami gejala depresi emosional seperti agitasi, agresi, amarah, penarikan diri secara emosional dari teman, keluarga dan rekan kerja.
Mereka juga biasanya telihat putus asa, kurang minat pada keluarga, komunitas, hobi dan pekerjaan. Pria yang depresi juga biasanya ditandai dengan kurangnya libido dan mengalami kegelisahaan.
Sementara itu, beberapa gejala mental depresi yang paling umum pada pria meliputi ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, masalah memoripola pikir obsesif-kompulsif, mencemaskan yang belum terjadi hingga masalah tidur.
