Memaksakan perasaan harus bahagia ternyata bisa memberikan efek buruk bagi psikologis seseorang. Hal ini bekaitan dengan toxic positivity.
Toxic positivity adalah kondisi yang memaksa seseorang untuk berusaha dan berpikir positif dalam keadaan apa pun.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Tilburg Belanda, tekanan masyarakat untuk mengejar kebahagiaan ironisnya memiliki efek buruk pada psikologis seseorang.
"Ada hubungan yang kuat antara perasaan perlu bahagia dan sejauh mana orang benar-benar mengalami perasaan seperti kesedihan, kesuraman, kelelahan atau kecemasan," demikian isi penelitian tersebut, dilansir Indian Express.
Berdasarkan penelitian, Belanda yang menempati urutan kelima sebagai negara paling bahagia di dunia ternyata dihantui tekanan untuk bahagia.
Bahkan hubungan antara tekanan untuk bahagia dan kesejahteraan psikologis untuk sebagian besar indikator sekitar dua kali lebih kuat dibandingkan dengan Uganda atau Ukraina.
Uganda dan Ukraina sendiri menempati posisi ke 119 dan 110 sebagai negara paling bahagia.
Kamna Chibber, Kepala Departemen Kesehatan Mental, Fortis Memorial Research Institute, Gurgaon, India mengatakan, penting untuk memusatkan perhatian pada penerimaan situasi dalam kehidupan.
Chibber menegaskan bahwa mengalami masalah dan kesusahan dengan kondisi tertentu adalah hal yang normal. Kesedihan seharusnya tidak ditahan atau dihindari.
"Sangat penting untuk menekankan bahwa meskipun tujuannya adalah untuk mengalami kegembiraan, tetap positif dan optimis, hal tersebut juga harus termasuk merangkul pengalaman dan emosi yang sulit dan tidak terus-menerus berusaha untuk menolak atau menyangkal kehadiran mereka," ujar Chibber.
